b9

Anak Remaja Mulai Sulit Diatur? Simak 5 Cara Jitu Menaklukkan Hatinya Tanpa Emosi!

Anak Remaja Mulai Sulit Diatur? Simak 5 Cara Jitu Menaklukkan Hatinya Tanpa Emosi!

Strategi Jitu Hadapi Anak Remaja yang Mulai Sulit Diarahkan-freefik-

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Menghadapi anak yang memasuki masa remaja bisa menjadi ujian terbesar bagi para orang tua. Di fase ini, anak mulai membentuk kepribadiannya, mengeksplorasi dunianya sendiri, dan tidak jarang menantang batas-batas aturan yang ada di rumah.

Kehadiran teknologi, khususnya smartphone, semakin memperkuat jarak emosional antara orang tua dan anak. Meskipun mereka berada di rumah, perhatian mereka justru lebih tertuju pada dunia digital yang tak berujung.

remaja menyerap banyak informasi dari berbagai arah media sosial, teman sebaya, lingkungan, hingga pengalaman pribadinya sendiri. Perlahan, mereka membentuk pandangan hidup dan mulai mempertanyakan aturan serta nasihat dari orang dewasa di sekitarnya.

Jika sebuah perintah dirasa sesuai dengan nilai yang sedang mereka bangun, maka mereka akan mengikuti. Namun bila bertentangan, respon mereka bisa sangat beragam: mulai dari diam, melawan, hingga menunjukkan emosi secara terbuka.

BACA JUGA:Pacarmu Cuek dan Ngambek? 10 Jurus Ampuh Biar Dia Balik Sayang Lagi!

Masa remaja adalah periode di mana anak mulai menyusun pondasi nilai dan prinsip hidup yang akan menuntunnya ke masa depan. Sikap keras kepala atau pembangkangan kerap kali muncul bukan karena semata-mata ingin menantang orang tua, tetapi karena mereka sedang belajar memilah mana yang layak mereka jadikan pegangan.

Di saat yang sama, emosi mereka juga belum stabil. Dari rasa cinta pertama, kecewa karena penampilan, hingga tekanan dari lingkungan sosial—semuanya menjadi campuran perasaan yang mudah meledak sewaktu-waktu. Tak jarang, orang tua menjadi pelampiasan dari ledakan emosi ini.

Lalu, Apa yang Harus Dilakukan?

Berikut lima pendekatan yang bisa diterapkan untuk membangun komunikasi yang sehat dan efektif dengan anak remaja:

1. Sadari Bahwa Perubahan Sikap Itu Normal

BACA JUGA:Bantu Pencairan dan PKH, Brilink Bating Raya Talang Pangeran Layani Pencairan Jemput Bola

Remaja sedang berada di persimpangan antara menjadi anak-anak dan dewasa. Mereka ingin mengambil keputusan sendiri dan merasa tidak ingin terus-menerus dikontrol. Jika mereka terlihat membangkang, itu bukan berarti mereka tidak menghargai orang tua, melainkan sedang menata identitas diri.

Yang dibutuhkan bukan tekanan, tapi ruang untuk berdialog secara terbuka, penuh kesabaran dan tanpa menghakimi.

2. Kilas Balik ke Masa Remaja Kita

Cobalah ingat kembali masa di mana kita pun pernah menjadi remaja. Kita juga pernah merasa tidak dipahami, ingin terlihat keren, dan sering salah langkah. Mengenang kembali masa-masa itu bisa memunculkan empati yang membuat kita lebih memahami anak.

Jangan ulangi kesalahan orang tua kita dulu. Remaja butuh pengertian, bukan vonis.

BACA JUGA:Amarah Terpendam Picu Stres, Yuk Kenali Tandanya

3. Dengarkan Tanpa Menggurui

Salah satu kebutuhan utama remaja adalah merasa didengar. Jadi, berhentilah terlalu cepat memberi nasihat atau mengoreksi. Cukup dengarkan tanpa memotong atau menyela.

Kalimat sederhana seperti, "Apa yang bisa ayah atau bunda bantu?" jauh lebih ampuh daripada ceramah panjang lebar. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan lebih mudah membuka diri.

4. Bikin Aturan yang Masuk Akal dan Disepakati Bersama

Daripada melarang ini-itu secara sepihak, lebih baik ajak anak untuk membuat kesepakatan yang jelas. Misalnya, soal penggunaan gadget: "Bagaimana kalau kamu pakai HP maksimal 2 jam per hari, lalu tidur pukul 10 malam supaya besok bisa fokus di sekolah?"

Saat aturan dibuat bersama, anak cenderung lebih mau menjalankan karena mereka merasa dilibatkan.

5. Beri Pilihan, Jangan Paksakan

BACA JUGA:Amarah Terpendam Picu Stres, Yuk Kenali Tandanya

Remaja cenderung menolak ketika hanya diberi satu jalan. Sebaliknya, mereka akan lebih responsif jika diberi pilihan. Misalnya, "Kamu lebih nyaman bantu beresin meja makan atau cuci piring?" Meski terlihat sepele, cara ini membuat mereka merasa punya kendali dan dihargai.

Memaksa hanya akan membuat mereka patuh di depan tapi membangkang di belakang.

Mengasuh remaja bukan tentang menjadi sosok paling benar, tapi tentang siapa yang paling sabar dan mampu membangun koneksi emosional yang hangat. Remaja akan jauh lebih terbuka jika mereka merasa dimengerti, bukan disalahkan.

Tugas orang tua bukan membentuk anak yang tunduk tanpa berpikir, melainkan mendampingi mereka tumbuh menjadi pribadi yang bijak dan berprinsip.


Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait