Mengangkat Batang Terendam (Volkgeist) Pemimpin Indonesia

Mengangkat Batang Terendam (Volkgeist) Pemimpin Indonesia

Kabag Humas Unja, Farisi-Ist/jambi-independent.co.id -

BACA JUGA:Terbaru, Alhamdulillah Ada Kabar Baik soal Nasib Guru Honorer 2023, Simak Penjelasannya 

BACA JUGA:Ini Jumlah THR yang Disiapkan Rossa untuk Keluarga Saat Mudik Lebaran Idul Fitri di Kampung

Tokoh keempat adalah Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945 menjelaskan tentang philosophie grondslag atau Weltanschauung negara Indonesia, yaitu lima prinsip: kebangsaan Indonesia, internasioalisme/perikemanusiaan, mufakat/demokrasi, kesejahteraan sosial dan prinsip ketuhanan. Menurut Soekarno saat mengartikan demokrasi, wakil rakyat yang akan masuk dalam parlemen harus orang yang mampu mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat artinya harus mampu mewujudkan politieke rechtvaardigheid dan sociale rechtvaardigheid serta harus memiliki sifat gotong royong.

Tokoh Bangsa kelima adalah Soekardjo Wirjopranoto disampaikan saat sidang BPUPKI tanggal 10 Juli 1945, saat membahas dasar negara, ia mengatakan yang terpenting bukan bentuk negaranya tetapi jiwa dari pada bentuk itu, yaitu pemimpinnya/kepala negaranya. karenanya dala jiwa pemimpin harus mewujud keadilan, kesucian, kesatuan yang dipilih dengan jalan musyawarah kemudian bergotong royong mensejahterakan rakyat. 

Tokoh keenam adalah Sanoesi disampaikan saat sidang BPUPKI tanggal 10 Juli 1945, pandangannya tentang kriteria pemimpin adalah ia tidak boleh memikirkan diri sendiri atau kerabatnya atau keluarganya, tetapi yang dipikirkan adalah masyarakat umum. 

Pemimpin tidak tidak boleh masih terpegaruh oleh hawa nafsu keduniaan, jiwanya harus suci, karena saat ia masih tergoda nafsu dunia maka akan menyebabkan kerusakan, kebinasaan segala harta benda rakyat, bahkan jiwa rakyatpun diambil dan dimakannya.

BACA JUGA:PT Dipo Jambi Gelar Buka Bersama Customer Setia New Colt L300 

BACA JUGA:Segeerrrrrrr! Resep dan Cara Membuat Es Yakult Leci, Cocok untuk Buka Puasa

Dari pandangan para tokoh pendiri bangsa diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa moral dan jiwa pemimpin sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan, tidak cukup hanya pintar secara keilmuan tetapi juga harus memiliki tingkat ketakwaan yang tinggi, itulah yang diharapkan oleh para pendiri bangsa bahwa kerakyatan yang dimpin oleh pemimpin yang hikmat dan bijaksana, memilki semangat gotong royong untuk mensejahterakan rakyat. *

Penulis adalah Dosen FH UNJA & Direktur Pusat Kajian Demokrasi dan Kebangsaan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: