Mengangkat Batang Terendam (Volkgeist) Pemimpin Indonesia

Mengangkat Batang Terendam (Volkgeist) Pemimpin Indonesia

Kabag Humas Unja, Farisi-Ist/jambi-independent.co.id -

Dalam konteks negara Indonesia maka hakekat pemimpin dapat ditelusuri menurut pendapat para pendiri bangsa dalam sidang BPUPKI.

Hakekat pemimpin yang hikmat kebijaksanaan dapat kita temukan dalam naskah pidato para founding father/pendiri bangsa saat menyampaikan pendapatnya mengenai dasar negara pada sidang BPUPKI bulan Mei-Juli 1945 yang terangkum dalam buku Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) & Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Jakarta, 1998. 

Saya yakin tidak semua orang pernah membaca buku ini, maka di opini singkat ini semoga membuka mata hati bangsa ini untuk lebih bijak memilih pemimpin di pemilu 2024. 

BACA JUGA:Korem 042/Gapu Gelar Doa Bersama dan Santuni Yatim Piatu 

BACA JUGA:Jasa Raharja Tes Narkoba Pengemudi Bus di Mudik Gratis Bersama Gurbenur Jambi

Beberapa tokoh yang akan saya jelaskan adalah; pertama Muh. Yamin, Ia menjelaskan bahwa dasar negara Indonesia: 1 peri kebangsaan, 2 peri kemanusiaan, 3 peri ketuhanan, 4 peri kerakyatan dan 5 kesejahteraan rakyat. 

Saat menjelaskan peri kerakyatan ia merinci menjadi tiga hal: pertama permusyawaratan, kedua perwakilan dan tiga kebijaksanaan. Ia menjelaskan bahwa hikmah kebijaksanaan yang menjadi pemimpin kerakyatan Indonesia ialah rasionalisme yang sehat, karena telah melepaskan dari anarkhi, liberalisme dan semangat penjajahan. 

Tokoh kemerdekaan yang kedua adalah Ki Bagoes Hadikoesoemo, berdasarkan pidatonya saat sidang BPUPKI 31 Mei 1945. Ia mengatakan bahwa segala kekacauan yang ada di masyarakat timbul dari jiwa yang kusut didorong oleh hawa nafsu manusia, lalu menimbulkan akhlak yang hina-nista serta kemauan jahat dan tamak-serakah, hendak menang sendiri, hendak enak sendiri, dan hendak kaya sendiri. 

Untuk itu yang harus diperbaiki oleh bangsa ini pertama kali adalah budi pekertinya, pada saat budi pekerti anggota masyarakatnya baik niscaya akan tercipta perbuatan dan kemajuan yang baik. Ia menjelaskan agar timbul watak dan budi pekerti yang baik maka harus memiliki iman yang teguh, selalu menyirami kalbu dengan beribadah, beramal soleh dan berjihad di jalan Allah. 

BACA JUGA:Rumah di Mayang Mangurai Kota Jambi Kebakaran, Pemilik Histeris Hingga Pingsan, Tim Medis PSC 119 Turun Tangan 

BACA JUGA:Kebakaran Rumah di Mayang Mangurai Kota Jambi, Kerugian Capai Rp500 Juta

Maka bila para pemimpin kita beriman, taat beribadah, beramal solih dan berjihad untuk kebenaran, Insyallah akan terwujud masyarakat yang sentosa, adil, makmur dan sejahtera.  

Tokoh bangsa ketiga adalah Prof. Mr. Dr. Soepomo dalam pidatonya di sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 menjelaskan bahwa negara nasional Indonesia adalah negara kesatuan yang memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur, memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. 

Maka dari itu dasar negara Indonesia adalah memakai dasar moral yang luhur seperti yang dianjurkan juga dalam agama Islam. 

Maknanya pemimpin pemerintahan harus memiliki moral yang baik dan tunduk/bertakwa kepada Tuhan sebagai dasar dalam bernegara.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: