Mengangkat Batang Terendam (Volkgeist) Pemimpin Indonesia

Mengangkat Batang Terendam (Volkgeist) Pemimpin Indonesia

Kabag Humas Unja, Farisi-Ist/jambi-independent.co.id -

Oleh: Mochammad Farisi

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - "Pemimpin tidak tidak boleh terpegaruh oleh hawa nafsu keduniaan, jiwanya harus suci, karena saat ia masih tergoda nafsu dunia maka akan menyebabkan kerusakan, kebinasaan segala harta benda rakyat, bahkan jiwa rakyatpun diambil dan dimakannya". 

Degradasi moral sudah semakin akut menjalar di negeri ini, "korea-korea" sudah tidak malu lagi menunjukkan watak asli oligarki, DPR sudah menjadi Dewan Perwakilan Partai, bukan lagi mewakili rakyat. 

Tikus berdasi mulai marak jelang idul Fitri, lagi dan lagi seorang kepala daerah ditangkap (OTT) KPK melakukan tindak pidana korupsi. Terbaru di bulan Ramadan nan suci ada dua kepala daerah, Wali Kota Bandung dan Bupati Kepulauan Meranti.

Sebelumnya juga ada heboh OTT kasus proyek jalur kereta api di DJKA, dan juga drama Transaksi janggal ratusan trilyun dugaan pencucian uang di Kementeria Keuangan. 

BACA JUGA:Mantap, Gubernur Jambi Ikutkan 76.016 Masyarakat Miskin Ekstrem se-Provinsi Jambi ke BPJS Ketenagakerjaan 

BACA JUGA:H-5 Lebaran Idul Fitri, Harga Cabai dan Bahan Pangan di Pasar Atas Muara Bungo Mulai Naik

Tak hanya itu akibat dari kasus Anak Rafaul Alun netizan "gercep" memonitor pejabat serta keluarganya yang suka flexing di medos, akibatnya banyak pejabat yang diperiksa dan keluarganya rame-rame menutup akun sosial medianya agar tidak menjadi incaran investigasi netizen. 

Miris memang melihat perilaku para pejabatan negeri ini, bangsa ini sudah tercerabut dari nilai/falsafah yang dibangun saat pembentukan dasar negara Indonesia. 

Pancasila sebagai fudamental norm telah mengamanatkan bahwa rakyat Indonesia harus dipimpin oleh orang dan dengan cara yang hikmat kebijaksanaan. Bangsa Indonesia memiliki kearifan lokal yang tinggi dalam menentukan kriteria kepemimpinan, menurut Sila ke-4 bukan tokoh yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilu yang layak menjadi pemimpin bangsa ini tapi orang yang memiliki kualifikasi hikmat dan bijaksana yang mampu mewujudkan kesejahteraan. 

Pribadi tanpa hikmat kebijaksanaan tidak layak memimpin Indonesia, pimpinan tanpa hikmat kebijaksanaan hanya akan membawa bangsa ini ke kubang kesesatan. 

BACA JUGA:Menyerahkan Diri ke Polres Bungo, Terungkap Penyebab Suami Siram Air Keras ke Istri 

BACA JUGA:Ini 4 Film Serentak Tayang di Bioskop, Beli 1 Gratis 1 Tiket di Cinepolis Mall Lippo Jambi

Hakekat hukum tentang pemimpin yang ber-hikmat kebijaksanaan dapat ditelusuri dari kenyataan sosial yang mendalam (teori indikasi) yang dicetuskan oleh Carl von Savigny pelopor mahzab sejarah yang dikenal dengan istilah volkgeist (jiwa bangsa). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: