Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi

Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi

Iskandar, S.Ag.,M.Pd.,M.S.I.,M.H., Ph.D-ist/jambi-independent.co.id-

BACA JUGA:Pj Bupati Bachyuni Salat Idul Fitri Bersama di Masjid Agung Al Arbor

Upaya penemuan model atau pustulat baru untuk menggali formulasi tentang bagaimana pencapaian tujuan pendidikan nasional berbasis transedental (Iman, taqwa, ahlak mulia) dengan pendekatan kecerdasan ruhiologi.

Pembahasan

Formulasi pencapaian tujuan pendidikan nasional dalam praktiknya lebih dominan melatih alam pikiran meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor dengan pendekatan paradigma Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) (Sutarman et al., 2017).

Namun demikian, dalam prakteknya masih kurang melatih domain rohani peserta didik yang berbasis filosofi transedental.

Dilihat dari penyimpangan perilaku tersebut, sebagian besar dilakukan oleh orang yang berpendidikan, yang memiliki pengetahuan dan kecerdasan.

BACA JUGA:Lebaran Banyak Makan Berlemak, Ini Tips Cegah Kolesterol saat Hari Raya

BACA JUGA:Menyusul Sang Kakak Kembar, Penyanyi Melitha Sidabutar Tutup Usia di 23 Tahun

Tetapi perilaku menyimpang tersebut, meskipun seseorang yang menunjukkan ketaatan beribadah, shalatnya rajin, seperti beribadah di tempat ibadah kemudian keluar dari tempat ibadah mereka melakukan perilaku yang tidak terpuji (Imam Suprayogo, 2018).

Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional  secara antologi dipengaruhi oleh konsep dikotomis pendidikan umum dan Islam, kebijakan Pendidikan umum lebih diperangaruhi oleh konsep Pendidikan Barat yang melihat peserta didik sebagai sosok yang merdeka dengan potensi yang dimilikinya.

Sedangkan konsep Pendidikan Islam (Timur) memandang peserta didik adalah Makhluk Allah dan social yang memiliki potensi sesuai fitrahnya (Mustafa: 2007).

Perbedaan utama pandangan Barat memandang manusia dilihat sebagai tubuh, akal, atau otak, sedangkan Islam memandang manusia terdiri dari tubuh, akal dan hati nurani (qalb), sedangkan pandangan Barat dan Islam secara epistimologi juga menunjukan ketidaksamaan.

BACA JUGA:Fajar/Rian Melaju ke 16 Besar Piala Asia 2024

BACA JUGA:Sayur Labu Menu Lebaran yang Wajib Ada, Pakai Lontong Nikmatnya Tiada Tara

Epistimologi Barat hanya percaya pada panca indra (empirisme) dan akal (rasionalisme), sedangkan konsep pendidikan Timur (Islam) selain fisik, akal dan otak juga meyakini intuisi yang berakar pada ruh (Sri Austi A. Samad, 2015; Harun Nasution: 2002).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: