Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi

Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi

Iskandar, S.Ag.,M.Pd.,M.S.I.,M.H., Ph.D-ist/jambi-independent.co.id-

BACA JUGA:Jelang Malam Takbiran, Pj Bupati Muaro Jambi Temui Warga Kurang Mampu

BACA JUGA:Lebaran Idul Fitri, Ketua TKN Prabowo-Gibran Datang ke Rumah Megawati

Melalui kecerdasan holistik yang diterima oleh ruh maka ruh semakin memperlihatkan eksistensinya sebagai dimensi spritual yang aktif.

Di sini, istilah kecerdasan ruhiologi tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Ia menempati posisi strategis di antara kecerdasan-kecerdasan yang lain.

Artinya, tanpa kecerdasana ruhiologi maka kecerdasan-kecerdasan yang lain akan terasa hampa, bahkan bebas nilai yang pada akhirnya menjauhkan manusia dari asal kejadiannya (Sugiarto, 2019).

Dalam perspektif Islam, ruh ditiupkan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan proses penciptaan manusia. Akal atau perasaan adalah potensi dasar ruh sebagai nikmat Ilahi dari Allah SWT.

BACA JUGA:Lebaran, Polda Jambi Gelar Salat Ied Bersama Warga

BACA JUGA:Rayakan Lebaran Idul Fitri dengan Berlaga di Kejuaraan Bulu Tangkis Piala Asia 2024

Dengan demikian, hakikat ruh adalah kebenaran karena berasal dari Allah SWT dan bersemayam di dalam hati (al-qalb) yang memancarkan akal/perasaan ke seluruh indera termasuk akal manusia.

Ruh yang bersemayam di hati (al-qalb) selalu cenderung menyuarakan kejujuran/kebenaran (shiddiq), bertanggung jawab (amanah), menyampaikan kabar gembira (tabligh), dan memiliki kecerdasan (fathanah)  (Baharuddin & Ismail, 2015).

Dengan perasaan sebagai nikmat ilahi yang ada dalam ruh, manusia mampu berpikir menggunakan akal/akal (al-aql) dari otak. Hal ini selanjutnya mendorong akal/akal untuk berpikir melalui berbagai imajinasi yang pada akhirnya menghasilkan pemahaman.

Pikiran dan pikiran yang berkembang melalui imajinasi menghasilkan pemahaman, akibatnya menghasilkan pengetahuan jasmani.

Berbeda dengan Intellectual Quotient, Emotional Quotient, atau Spiritual Quotient, Ruhani Quotient) didasarkan pada ruh, dimana ruh berfungsi sebagai sumber dari semua kecerdasan manusia karena memiliki kemampuan untuk merasakan dan merasakan (Iskandar et al., 2019).

Indera/persepsi itu sendiri adalah pengetahuan yang selanjutnya mengarah pada Ruhiologi. Ruhiologi menempatkan ruh sebagai pengetahuan luas yang menghasilkan beberapa pengetahuan jasmani.

Dengan demikian, Ruhiologi tidak hanya membahas pengetahuan jasmani, tetapi merupakan pengetahuan yang luas tentang kebijaksanaan dan kecerdasan. Pengetahuan jasmani dan pengetahuan luas menjadi dua entitas berbeda yang ditemukan dalam diri manusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: