Tim DVI Akui Kesulitan Identifikasi Jenazah Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny
Evakuasi Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny-ANTARA/jambi-independent.co.id--
JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Proses identifikasi korban meninggal dunia akibat runtuhnya bangunan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, masih mengalami berbagai kendala. Hingga kini, sembilan jenazah yang ditemukan oleh petugas SAR gabungan pada Jumat, 9 Oktober 2025 belum diketahui identitasnya.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur masih berupaya melakukan proses identifikasi dengan cermat, namun kondisi jenazah yang sudah mengalami perubahan membuat pekerjaan tersebut tidak mudah.
Kepala DVI Polda Jatim, Kombes Pol Wahyu Hidajati, menjelaskan bahwa jenazah yang ditemukan beberapa hari setelah kematian akan mengalami proses alami menuju pembusukan, sehingga sulit dikenali secara langsung.
BACA JUGA:Wih! Yamaha Bikin Motor Listrik Tapi Tetap Berjiwa Mesin Bensin
“Kondisinya jauh berbeda dibanding hari pertama karena ada proses sehingga ini tidak mudah dikenali. Harus ada ilmu tambahan agar jenazahnya tidak tertukar,” ujar Wahyu.
Ia mengungkapkan beberapa faktor penyebab kesulitan dalam proses identifikasi.
Pertama, banyak santri di pondok tersebut kerap saling meminjam barang, seperti pakaian, sarung, atau perlengkapan pribadi lainnya. Hal ini menyebabkan identifikasi berdasarkan barang milik korban menjadi tidak akurat.
Kedua, identifikasi melalui sidik jari juga sulit dilakukan karena kondisi tubuh korban yang sudah tidak lagi segar. Selain itu, mayoritas korban merupakan santri yang belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), sehingga tidak memiliki data biometrik resmi.
BACA JUGA:Ajudan Klarifikasi Jokowi Tidak Menghadiri Perayaan HUT ke-80 TNI di Monas
Wahyu juga menjelaskan bahwa tim DVI menggunakan metode identifikasi lain seperti pemeriksaan gigi dan tes DNA.
“Kalau dari gigi, supaya gampang ketemu, giginya harus unik, misal gingsul, tonggos, bogang, atau ada tambalan. Kalau bagus semua, susah,” bebernya.
Untuk metode DNA, pihak DVI telah mengumpulkan 59 sampel DNA dari keluarga korban melalui air liur, darah, dan rambut sejak Kamis, 2 Oktober 2025.
“Kemarin sudah ambil DNA, tapi juga butuh waktu. Semakin jelek kualitas sampelnya, semakin susah, sel-selnya kalau sudah busuk” tambahnya.
BACA JUGA:Anggota Taifib TNI AL Meninggal Dunia Saat Aksi Terjun Payung HUT TNI
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




