b9

Yusril Merespon Ancaman Brazil Gugat Indonesia Terkait Kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani

Yusril Merespon Ancaman Brazil Gugat Indonesia Terkait Kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani

Yusril Ihza Mahendra-ist/jambi-independent.co.id-

JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani pada 26 Juni 2025 lalu, sepertinya berbuntut panjang.

Beredar kabar, bahwa pemerintah Brazil akan menempuh jalur hukum, jika ditemukan unsur kelalaian atas kematian warga negaranya tersebut.

Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra buka suara.

Yusril menyerukan semua pihak agar menjaga hubungan baik Indonesia-Brazil terkait insiden kematian pendaki Juliana Marins di Gunung Rinjani. 

BACA JUGA:Percepat Pengembangan Pelabuhan Muara Sabak, Gubernur Jambi Temui Direksi Pelindo dan PT Pulau Laut Line

Apalagi, saat ini Presiden Prabowo Subianto sedang menghadiri pertemuan negara-negara anggota BRICS di Brazil. 

"Pemerintah Indonesia sangat concern dan berduka atas kematian warga Brazil, Juliana Marins akibat terjatuh ke dalam jurang sedalam 600 meter di tebing Gunung Rinjani," kata Yusril, Jumat 4 Juli 2025.

Kata dia, pemerintah menganggap insiden tersebut adalah insiden kecelakaan yang dapat terjadi pada setiap pendaki gunung. "Apalagi medan Rinjani yang berat dan cuaca ekstrem sedang terjadi saat itu," kata Yusril. 

Pemerintah, lanjut Yusril seperti dikutip dari beritasatu.com, telah menjelaskan kepada publik insiden tersebut, upaya evakuasi dan autopsi yang dilakukan di sebuah rumah sakit di Denpasar. 

BACA JUGA:Siap-siap! Polda Jambi Bakal Punya Direktorat Baru, Apa Namanya?

Upaya evakuasi memang tidak secepat seperti yang diharapkan. Penggunaan helikopter tidak dapat dilakukan di medan bertebing di tengah cuaca ekstrem, sebagaimana diharapkan oleh keluarga korban. 

Tebing-tebing dan hutan tropis di Gunung Rinjani berbeda dengan tebing-tebing salju di Himalaya. Satu-satunya cara, adalah evakuasi vertikal secara manual yang dilakukan oleh SAR dan tim relawan, sehingga proses evakuasi berjalan tidak secepat yang diharapkan. 

Menurut Yusril, hasil autopsi telah dengan jelas menunjukkan Juliana Marins meninggal antara 15-30 menit setelah badannya terhempas di bebatuan gunung akibat kerusakan organ dan patah tulang yang parah karena terjatuh dari ketinggian 600 meter itu. 

"Pihak keluarga memang mempertanyakan jarak waktu antara saat terjatuh dan kematian, karena mereka berpikir ada keterlambatan datangnya pertolongan, sementara korban diduga masih hidup," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: