b9

Rojali dan Rohana di Mal: Cermin Perubahan Ekonomi dan Pola Konsumsi

Rojali dan Rohana di Mal: Cermin Perubahan Ekonomi dan Pola Konsumsi

Dr Noviardi Ferzi-ist/jambi-independent.co.id-

BACA JUGA:Dunia Gulat Berduka! Hulk Hogan Meninggal Dunia di Usia 71 Tahun

Ini menguatkan asumsi bahwa pengunjung datang bukan untuk belanja, melainkan mencari hiburan, bersosialisasi, atau sekadar relaksasi.

Setelah pandemi, kebutuhan masyarakat akan interaksi sosial tetap besar, namun alokasi pengeluaran mereka kini lebih banyak diarahkan ke sektor makanan dan minuman (F&B).

Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan mencatat bahwa sektor F&B justru mengalami pertumbuhan omzet sebesar 5% hingga 10% per bulan.

Hal ini dipicu oleh perilaku Rojali dan Rohana yang gemar berkeliling mal tanpa membeli barang, namun kemudian menghabiskan waktu dengan makan atau minum di tempat makan yang tersedia.

BACA JUGA:Resmi! MotoGP Mandalika 2026 Dijadwalkan di Fase Krusial Musim Catat Tanggalnya!

Selain itu, pertumbuhan e-commerce turut mempercepat perubahan ini. Kemudahan akses, harga yang bersaing, serta beragamnya pilihan produk menjadikan platform belanja online semakin diminati.

Fenomena "showrooming"—di mana konsumen melihat-lihat produk secara langsung di toko lalu membelinya secara online karena lebih murah—menjadi semakin lazim.

Fenomena ini merupakan penerapan dari prinsip rasionalitas ekonomi, di mana konsumen berusaha memperoleh manfaat maksimal dengan harga dan kenyamanan terbaik.

Model bisnis e-commerce yang mengedepankan promosi menarik, diskon besar-besaran, dan pengiriman cepat telah mengubah perilaku belanja konsumen. Banyak yang datang ke toko fisik hanya untuk membandingkan produk, namun pembelian justru dilakukan melalui aplikasi atau situs online.

BACA JUGA:5 Rahasia Tidur Nyenyak yang Bisa Turunkan Tekanan Darah, Nomor 3 Tak Disangka!

Data dari asosiasi e-commerce menunjukkan lonjakan nilai transaksi daring yang terus meningkat dari tahun ke tahun, bahkan menyentuh angka triliunan rupiah. Ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat kini semakin selektif dan lebih memilih produk yang ekonomis serta efisien dari segi harga.

Fenomena Rojali sebenarnya bukan sekadar soal turunnya daya beli. Lebih dari itu, ia menandakan pergeseran fungsi pusat perbelanjaan, dari tempat jual-beli menjadi ruang publik multifungsi untuk rekreasi dan interaksi sosial.

Perubahan ini memberikan sinyal kuat bagi pelaku ritel dan pengelola pusat perbelanjaan untuk segera beradaptasi dengan model bisnis yang lebih fleksibel dan inovatif.

Mal kini tak lagi cukup hanya menjual barang, namun harus bertransformasi menjadi experiential retail, yaitu pusat pengalaman yang menggabungkan belanja dengan hiburan, seni, dan komunitas.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: