Strategi Keluar (Exit Strategy) dari Krisis Ekonomi Global

Strategi Keluar (Exit Strategy) dari Krisis Ekonomi Global

Dr. Noviardi Ferzi--

BACA JUGA:10 Guru Besar Unja Dikukuhkan, Ini Pesan Rektor Unja Prof Sutrisno

Pengintegrasian data ini penting untuk melihat seberapa besar ketimpangan ekonomi masyarakat Indonesia.

Sehingga pemerintah akan lebih mudah menyalurkan subsidi bantuan bagi masyarakat miskin dan penindakan hukum bagi para wajib pajak.

Data yang baik memberi harapan pajak akan meningkat.

Meski di tengah ancaman resesi, APBN 2023 sebenarnya cukup optimis.

BACA JUGA:Jasa Raharja beri Santunan 50 Juta Rupiah Pada Isteri Korban Kecelakaan Truck Lohan di Kumpeh Ulu

BACA JUGA:Sambut Tahun Baru Imlek, Shio Kelinci di 2023 Penuh Hoki dan Keberuntungan, Namun Tetap Waspada

Beberapa indikator tersebut terlihat bahwa adanya optimisme untuk melihat kepastian bahwa kondisi global dan ekonomi Indonesia akan membaik pada 2023.

Sebut saja, misalnya, pertumbuhan ekonomi dipatok pada kisaran 5,3-5,9 persen, inflasi di angka 2,0-4,0 persen.

Juga tingkat pengangguran terbuka di angka 5,3-6,0 persen, tingkat kemiskinan di angka 7,5-8,5 persen hingga rasio gini di angka 0,375- 0,378. 

Karena secara teori, pertumbuhan ekonomi pada dasarnya ditunjang oleh tiga hal, yaitu konsumsi rumah tangga, ekspor/impor, pengeluaran pemerintah, dan investasi.

BACA JUGA:Fenomena Super New Moon 21 Januari 2023, BMKG Ingatkan 20 Daerah Ini Waspada Banjir Rob!

BACA JUGA:Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muaro Jambi Larang Siswa Bawa Lato Lato ke Sekolah

Jika situasi ekspor komoditas kembali dalam situasi normal dan beberapa negara masuk ke dalam resesi, otomatis demand akan menurun.

Dampaknya, inflasi dalam negeri akan naik karena uang yang beredar tidak mampu membeli komoditas yang berlimpah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: