AWARDS
b9

Hamas Kecam Kazakhstan Bergabung dengan Perjanjian Abraham dan Pulihkan Hubungan dengan Israel

Hamas Kecam Kazakhstan Bergabung dengan Perjanjian Abraham dan Pulihkan Hubungan dengan Israel

Seorang laki-laki menggendong anak yang terluka di Jalur Gaza.-Antara/jambi-independent.co.id-

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengecam keras keputusan Kazakhstan untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Israel melalui partisipasinya dalam Perjanjian Abraham (Abraham Accords).

Dalam pernyataan resminya pada Jumat 7 November 2025, Hamas menilai langkah Kazakhstan tersebut sebagai bentuk pembenaran terhadap agresi Israel yang telah menewaskan lebih dari 68.800 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023.

"Deklarasi Kazakhstan untuk bergabung dengan Abraham Accords dan memperkuat hubungan dengan entitas kriminal Zionis (Israel) adalah langkah yang tidak bisa diterima dan memalukan," tegas Hamas dalam pernyataannya.

BACA JUGA:Disway Group Jajaki Kerja Sama Bisnis dengan SIPF dari Jepang

Kantor Presiden Kazakhstan sebelumnya membenarkan rencana resmi negara itu untuk menjadi bagian dari Perjanjian Abraham, sebagai bagian dari kebijakan luar negeri yang disebut berfokus pada "kerja sama regional dan perdamaian global."

Langkah ini kemudian dikonfirmasi oleh Presiden AS Donald Trump, yang mengumumkan secara resmi bahwa Kazakhstan akan bergabung dengan daftar negara yang telah menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

Hubungan antara Kazakhstan dan Israel sejatinya telah terjalin sejak 1992, tidak lama setelah Kazakhstan merdeka dari Uni Soviet.

BACA JUGA:Perpustakaan Kota Jambi Sepi Pengunjung, Minat Baca Rendah?

Kedua negara juga telah memiliki kedutaan besar masing-masing, serta beberapa kali melakukan kunjungan pejabat tingkat tinggi sebagai bentuk penguatan hubungan bilateral.

Perjanjian Abraham pertama kali diperkenalkan oleh Amerika Serikat pada tahun 2020, di bawah pemerintahan Donald Trump, sebagai bagian dari inisiatif untuk menormalkan hubungan Israel dengan negara-negara Arab.

Negara-negara pertama yang menandatangani perjanjian tersebut adalah Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.

Gedung Putih kini kembali menegaskan komitmennya untuk memperluas cakupan Perjanjian Abraham selama masa jabatan kedua Trump.

Pemerintah AS berharap lebih banyak negara Arab dan Muslim akan mengikuti langkah Kazakhstan dalam menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: