PT SAL dan TNBD Tanam 600 Bibit Jengkol, Lindungi Hutan dan Mandirikan Suku Anak Dalam
Tumenggung Grip dan beberapa warga SAD bersama Perwakilan TNBD dan PT SAL saat menerima bibit jengkol di Desa Bukit Suban, Air Hitam, Sarolangun.-ist/jambi-independent.co.id-
BACA JUGA:Mantan Kabid Propam Polda Jambi Naik Job dalam Mutasi Polri, Jadi Dirtipidum Bareskrim Polri
Dalam dua zona ini, SAD dapat berburu, meramu, membangun tempat tinggal, hingga melaksanakan ritual adat dan upacara keagamaan.
Dari total lebih 60 ribu hektare luas TNBD, sekitar 36 ribu hektare ditetapkan sebagai Zona Pemanfaatan Tradisional (ZPT) bagi 13 ketumenggungan SAD di tiga kabupaten, meliputi Kabupaten Sarolangun, Tebo, dan Batanghari.
Kepala Resort Pematang Kabau SPTN II TNBD Resort 2.E Air Hitam I, Rakhmat Ramadhan Romus menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam menjaga ekosistem baik unsur masyarakat di dalamnya maupun lingkungan.
Dalam bentuk apapun sebuah bantuan yang melibatkan kolaborasi menjadi lebih bernilai adanya.
BACA JUGA:Mutasi Polri! Ini Daftar 4 Kapolda yang Kena Mutasi oleh Kapolri, Ada Mantan Kapolda Jambi
“Keterlibatan masyarakat adat dalam menjaga kawasan konservasi adalah kunci, lalu perusahaan dan unsur lembaga lainnya menjadi penopang dukungannya, ini akan menjadi kolaborasi terbaik untuk hidup berdampingan,” ujar Rakhmat.
Hal senada disampaikan Asisten Corporate Social Responsibility PT SAL, Slamet Riyadi, kolaborasi dengan masyarakat setempat menjadi komitmen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, apalagi masyarakat dengan suku dan adat yang masih melekat erat.
“Menghargai hak mereka, berpartisipasi dalam dialog, mendukung pelestarian budaya lokal, hingga pemberdayaan ekonomi menjadi fokus utama kami hadir ditengah masyarakat,” kata Slamet.
Menurutnya, tanaman jengkol dipilih bukan tanpa alasan, ia masuk dalam kategori Multi Purpose Tree Species (MPTS) yaitu jengkol memberi manfaat ganda. Dari sisi ekologi, ia menjaga kesuburan tanah, menahan erosi, dan menghadirkan keteduhan alami. Dari sisi ekonomi, buahnya yang digemari banyak orang memiliki nilai jual yang stabil.
BACA JUGA:KPK Tahan Direktur PT Wahana Adyawarna Terkait Dugaan Suap di Mahkamah Agung
“Mungkin terlihat biasa, tapi siapa sangka tanaman ini bisa berpotensi memberikan manfaat besar bagi kelompok SAD bahkan warga sekitar. Selain memberikan nilai tambah ekonomi, ini jadi ajang kemandirian bagi warga SAD dalam berkehidupan yang terus lebih baik,” ungkap Slamet.
Apa yang ditanam hari ini mungkin baru bibit kecil. Namun di baliknya tersimpan sebuah harapan besar: hutan yang tetap hijau, masyarakat yang mandiri, dan kolaborasi yang terjaga antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat adat.
PT SAL menempatkan masyarakat adat sebagai mitra utama dalam program pemberdayaan. Pendekatan partisipatif melalui dialog yang terbuka dapat lebih memahami kebutuhan serta aspirasi masyarakat, sehingga program yang dijalankan perusahaan diharapkan dapat sesuai harapan dan berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



