PT SAL Menyalakan Lentera Pendidikan di Tengah Rimba
MT Pauzan bersama sang kakek, Tumenggung Tarib di Head Office Astra Agro Lestari, Jakarta.-ist/jambi-independent.co.id-
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Di tengah keterbatasan akses, tradisi yang kuat, dan tantangan ekonomi bagi masyarakat Suku Anak Dalam (SAD), secercah cahaya perubahan kian benderang. PT Sari Aditya Loka (SAL) memandang pendidikan sebagai pintu utama perubahan bagi SAD.
PT SAL konsisten menghadirkan berbagai program pendidikan, komitmen ini pun telah melahirkan generasi muda SAD yang berani melangkah keluar dari rimba, menapaki jalan ke dunia pendidikan hingga jenjang tertinggi, dan membawa pulang ilmu untuk membangun komunitasnya.
Komitmen ini terasa semakin bermakna bertepatan dengan Hari Masyarakat Adat Sedunia yang diperingati setiap bulan Agustus.
Perayaan tersebut menjadi pengingat bahwa masyarakat adat berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang, termasuk melalui pendidikan.
BACA JUGA:Wah-wah! OTT KPK di Inhuntani V Jakarta Ternyata Terkait Suap Izin Pemanfaatan Hutan
“Perubahan sosial di komunitas Suku Anak Dalam (SAD) tidak bisa terjadi dalam semalam. Dibutuhkan keberanian, pendampingan, dan kesempatan yang tepat. PT SAL telah mengambil langkah luar biasa di jalur ini,” kata Idris Sardi, pakar sosiologi Universitas Jambi.
Bagi Idris, pendidikan adalah titik awal dari segala perubahan. Pandangan ini sejalan dengan langkah PT SAL yang sejak lama membuka dan mendukung penuh akses pendidikan bagi SAD.
PT SAL berharap dapat menanam benih harapan dari program-program pendidikan yang dijalankan, Kurniah menjadi salah satu benih tersebut.
Mahasiswi Diploma 3 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jambi ini kini sedang menjalani magang di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, rumah sakit rujukan nasional terbesar di Indonesia.
BACA JUGA:Keliru Soal Akar: Fiskal APBD Bisa Malfungsi
“Dulu saya hanya melihat rumah sakit di TV. Sekarang saya bisa belajar langsung di sini, merawat pasien dan bekerja sama dengan dokter, mimpi sebagian besar anak-anak kini saya jalani langsung” ujar Kurniah haru.
Pencapaian ini, lanjutnya merupakan pencapaian hasil proses panjang. Baginya pendampingan yang dilakukan perusahaan sejak awal, mulai dari mengenalkan pentingnya sekolah hingga memfasilitasi sampai perguruan tinggi, menjadi titik awal keberhasilannya.
Kisah serupa datang dari MT Pauzan, cucu Tumenggung Tarib, yang sempat putus sekolah di bangku SMP.
Dengan dorongan sang kakek dan dukungan PT SAL, akhirnya ia berhasil menuntaskan pendidikan hingga meraih gelar dari Polbangtan Bogor dengan IPK 3,26. “Kalau dia tetap gak mau sekolah, saya tidak tahu nasibnya akan seperti apa,” kata Tumenggung Tarib.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




