OTT Wamenaker Noel: Skandal, Citra, dan Ujian Politik Presiden Prabowo
DR. Pahrudin Akademisi Universitas Nurdin Hamzah-Ist/jambi-independent.co.id-
JAMBI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Tanggal 21 Agustus 2025, lanskap politik nasional kembali terguncang akibat hentakan yang dilakukan lembaga anti rasuah, KPK.
Kali ini, Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan KPK terhadap Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer alias Noel yang menjadi episentrumnya.
OTT terhadap Ketum Jokowi Mania (Joman) ini bukan sekadar perkara hukum. Kasus ini sekali lagi adalah drama politik besar yang membuka wajah asli birokrasi negeri ini: masih rapuh, masih korup, dan masih jadi arena perebutan rente di antara para elit.
Kasus OTT Noel ini merupakan ujian integritas awal pemerintahan Presiden Prabowo. Apakah rezim hasil Pilpres 2024 ini benar-benar bertindak tegas pada korupsi, atau hanya sekedar garang di permukaan?
BACA JUGA:Sudah Operasi Tapi Wasir Kambuh Lagi? Ini Kesalahan Fatal yang Sering Terjadi
Ketika KPK melakukan penangkapan terhadap seorang wakil menteri dan dikenal dekat dengan lingkaran kekuasaan, maka itu bukan sekadar kabar kriminal.
Jauh lebih dari itu semua, peristiwa ini merupakan pukulan politik. Kepemimpinan Presiden Prabowo yang didukung nyaris oleh seluruh kekuatan politik Indonesia ini baru saja menata fondasi pemerintahannya langsung dihantam isu integritas.
Dalam perspektif oposisi, peristiwa ini adalah hadiah politik. Peristiwa ini langsung menggoyang narasi “pemerintahan bersih” yang kerap digaungkan oleh Presiden Prabowo dan para pejabatnya.
Akibatnya, citra kabinet pun dipertaruhkan. Akhirnya, publik pun bertanya-tanya: apakah seperti ini model pejabat yang katanya dipilih karena integritas, atau hanya karena kedekatan politik?
BACA JUGA:Melihat Tanda Kehormatan yang Diberikan kepada Adik Prabowo dan Adik Megawati
Pada konteks politik Indonesia, seorang pejabat sangat jarang berdiri sendiri. Jabatannya diperoleh karena punya partai, punya jejaring, dan punya sponsor. Karenanya, ketika seorang Noel jatuh akibat OTT KPK, maka bayang-bayangnya pun ikut menimpa lingkaran kekuasaan.
Lebih jauh lagi, OTT Noel ini bisa berubah jadi bola liar politik. Lawan politik akan menyerang, partai pendukung akan sibuk meredam.
Sementara publik, sekali lagi, dipertontonkan bahwa kursi kekuasaan sering kali lebih ditentukan oleh loyalitas ketimbang rekam jejak bersih.
Kegiatan OTT kali ini juga menjadi panggung bagi KPK. Setelah bertahun-tahun citranya hancur karena revisi UU dan tudingan intervensi, lembaga anti raswah ini butuh panggung untuk membuktikan diri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




