APBD Jambi Turun, Jangan Bebankan Masyarakat
Dr Noviardi Ferzi -dok/jambi-independent.co.id -
BACA JUGA:Zodiak yang Paling Santai dan Anti Stres, Hidupnya Selalu Terlihat Tenang
Pertama, optimalisasi potensi sumber daya alam melalui hilirisasi.
Produk unggulan seperti karet, sawit, dan kopi tidak boleh hanya dijual mentah, melainkan harus diproses di daerah.
Hilirisasi terbukti meningkatkan nilai tambah, memperluas lapangan kerja, serta mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara stabil (Haryanto, 2020).
Potensi tambahan PAD dari hilirisasi cukup besar.
BACA JUGA:Melatih Daya Ingat, Ayo Lakukan Hobi Santai Ini!
Misalnya, komoditas perkebunan masih menjadi andalan ekonomi Jambi, dengan kontribusi sekitar 21 persen terhadap PDRB, atau setara Rp50 triliun pada tahun 2021.
Produksi sawit Jambi mencapai sekitar 2,6 juta ton per tahun, sementara karet berada di angka 310 ribu ton.
Jika sebagian kecil saja produksi ini diolah menjadi produk hilir—seperti minyak goreng, ban, atau lateks olahan—nilai tambah yang tercipta bisa berlipat ganda.
Riset menunjukkan, potensi pajak sektor sawit di Jambi bisa mencapai Rp2,9 triliun per tahun, tetapi realisasinya baru sekitar Rp2,08 triliun.
BACA JUGA:Lebih Bijak Dibanding Teman Sebaya, Yuk Kenali Tandanya
Artinya, ada ruang fiskal lebih dari Rp 800 miliar yang bisa digarap hanya dari sektor ini.
Begitu pula dengan kelapa, di mana luas areal perkebunan mencapai 119 ribu hektare dengan produksi lebih dari 110 ribu ton per tahun.
Produk hilir kelapa, seperti minyak, sabut, atau arang aktif, bahkan dapat meningkatkan nilai ekonomi hingga seratus kali lipat dibanding produk mentah.
Kedua, penguatan sistem pajak berbasis digital. Bukan tarif yang dinaikkan, tetapi mekanisme yang dipermudah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



