Hari Pangan Dunia untuk Asta Cita
Petani memisahkan butiran padi saat panen di persawahan Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Selasa 14 Oktober 2025.-ANTARA-
Hal yang tak kalah penting adalah pemerintah harus memberi jalan keluar yang legal (outlet) untuk distribusi gabah/beras agar terjadi sirkulasi yang lancar arus keluar masuk gabah/beras di Bulog.
BACA JUGA:Jangan Panik Saat Gas Bocor! Ini Langkah-Langkah Aman yang Harus Kamu Tahu
Jika hal ini tidak dilakukan, maka Perum Bulog seperti manusia yang terus menerus makan dan minum tetapi sulit buang air kecil, kentut, dan buang air besar. Perut kembung.
Di masa lalu, umumnya beras dari Bulog disalurkan untuk pegawai negeri dan bantuan sosial. Namun, saat ini "beras" pegawai negeri dan bantuan sosial umumnya dalam bentuk uang tunai meskipun di sebagian daerah masih tetap dalam bentuk beras.
Dampaknya, banyak gudang Bulog tidak mampu mendistribusikan berasnya dengan baik sehingga kualitas beras di gudang semakin menurun .
Memang pernah diupayakan untuk menjual beras secara retail hingga dalam bentuk sachet, tetapi tidak berlanjut karena sumberdaya manusia di Bulog memang tidak didesain sebagai agen pemasaran retail.
BACA JUGA:Gubernur Al Haris Ajak Kepala Daerah di Jambi Bangun Daerah dengan Semangat Kolaborasi dan Inovasi
Melihat kondisi tersebut, perlu dipikirkan kembali "kerelaan" pegawai negeri yang saat ini menerima tunjangan beras dalam bentuk uang, untuk menerimanya dalam bentuk beras. Demikian pula beras untuk bantuan sosial idealnya menggunakan beras Bulog.
Jika itu dilakukan, Bulog perlu melakukan distribusi secara profesional dan menjaga beras tetap berkualitas agar tidak terjadi protes dari penerima tunjangan beras.
Cetak sawah
Program yang juga patut diacungi jempol adalah program cetak sawah. Dengan visi meningkatkan kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan impor, langkah ini layak diapresiasi karena memang laju konversi lahan sawah di Indonesia sulit untuk direm.
Cetak sawah memang kemestian sejarah yang harus dilakukan oleh siapapun yang berkuasa karena laju pertumbuhan penduduk juga tak dapat direm.
BACA JUGA:Erick Thohir Lepas Timnas U-17 ke Piala Dunia 2025, Sampaikan Pesan Khusus dari Presiden Prabowo
Namun, sejarah juga memberi pelajaran bahwa pencetakan sawah baru tidak selalu menjamin produktivitas tinggi di awal pembukaan lahan. Banyak lahan baru di kawasan marginal seperti lahan rawa atau lahan kering masam memiliki tantangan teknis yang besar, mulai dari kesuburan tanah yang rendah, hingga infrastruktur air yang terbatas.
Pada konteks ini, pemerintah harus mengakui dari awal, bahwa cetak sawah bukanlah proyek Bandung Bondowoso atau proyek Sangkuriang yang dapat dilakukan dalam satu malam secara instan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




