IMF Meramal Ekonomi Indonesia 2022 Miring ke Bawah, Artinya?

Rabu 26-01-2022,11:59 WIB

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi ekonomi Indonesia tahun ini.

IMF memperkirakan ekonomi Indonesia 2022 tumbuh 5,6 persen, dari proyeksi sebelumnya pada Oktober 2021 yakni 5,9 persen.

"Keseimbangan risiko terhadap prospek membaik, tetapi tetap miring ke bawah," kata Asistant Director Western Hemisphere Department of the IMF Cheng Hoon Lim dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, munculnya varian Covid-19 yang lebih agresif dapat memberi tekanan lebih lanjut pada sistem kesehatan dan menyebabkan pembatasan mobilitas baru.

Selain itu, risiko limpahan dari kondisi keuangan global yang lebih ketat pun telah meningkat.

Kendati demikian, Lim menilai dorongan harga komoditas global dapat bertahan lebih lama dari yang diperkirakan.

Lim mengatakan faktor itu akan menopang pemulihan ekonomi Indonesia pada 2022, meskipun varian Omicron menyebar.

"Perekonomian akan berlanjut tumbuh hingga enam persen pada 2023," ucap Lim.

Selain itu, pemulihan ekonomi Indonesia juga akan didorong pelonggaran pembatasan aktivitas, dukungan kebijakan yang berkelanjutan, peningkatan mobilitas, dan kepercayaan diri saat program vaksinasi meluas ke daerah-daerah yang lebih terpencil.

"Reformasi struktural prospektif terbaru bisa mengurangi perluasan luka ekonomi Indonesia akibat pandemi," tuturnya.

Dengan demikian, Lim melanjutkan, dukungan kebijakan masih akan diperlukan sampai pemulihan menguat, sehingga pengurangan kebijakan ekspansif selama pandemi secara bertahap dan terkoordinasi akan menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan.

"Dukungan kebijakan akan membangun kembali penyangga untuk mengatasi risiko penurunan ekonomi," ujar Lim.

Lim menambahkan pemulihan yang sedang berlangsung secara bertahap akan memulihkan prinsip utama kerangka kebijakan ekonomi makro pra-pandemi dan memperkuat rekam jejak kebijakan Indonesia yang kuat.

"Namun, jika risiko penurunan yang parah seperti pemulihan yang lebih lambat atau kebangkitan kembali infeksi Covid-19 yang cepat menimbulkan pembatasan kembali terjadi, dukungan pandemi yang tahan lama mungkin diperlukan," kata Lim. (antara/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait