Kritik tak wajar
Kekalahan melawan China seketika menjadi panggung menarik para "pelatih dadakan" di media sosial menghakimi timnas Indonesia.
Shin Tae-yong menjadi korban ganasnya kritik pedas sebagian netizen Indonesia dalam bentuk tagar "Shin Tae-yong out" yang menggema dalam platform X
Mereka menilai pelatih Asia Timur itu tak becus menangani legiun Eropa dalam timnas Indonesia. Bahwa dengan pemain-pemain yang merumput di Eropa, sebagian netizen itu menilai Garuda harus dilatih oleh pelatih level Eropa juga.
Sorotan sebelas starter yang dipasang Shin, yang mencadangkan Thom Haye dan Rizky Ridho, menjadi sasaran utama sebagian netizen itu. Namun, mereka lupa melatih tim nasional itu tak mudah.
BACA JUGA:Menggali Sejarah untuk Masa Depan: Pjs Gubernur Jambi Ajak Guru Sejarah Berperan Aktif
BACA JUGA:Kunjungi Sumber Mulya, Masyarakat Semakin Yakin Pilih Jumiwan - Maidani
Hansi Flick sangat sukses bersama Bayern Muenchen dengan tujuh trofi, tapi gagal total ketika melatih timnas Jerman yang banyak diisi pemain-pemainnya di The Bavarian.
Begitu juga dengan Luis Enrique yang mengantarkan Barcelona meraih treble selama musim 2014/2015 bersama trio MSN (Messi, Suarez, Neymar).
Prestasi ini membuat Enrique dipilih menjadi pelatih Spanyol dalam Piala Eropa 2021 dan Piala Dunia 2022, namun kesuksesannya ketika menukangi El Barca tak berlanjut bersama La Furia Roja.
Sebaliknya, pelatih yang tak mempunyai resume mentereng di klub, Luis de la Fuente, justru menjadi jawaban prestasi federasi sepak bola Spanyol.
Dengan generasi yang jauh berbeda dari masa keemasan Spanyol, formula Fuente terbukti manjur. Trofi UEFA Nations League 2022/2023 dan Piala Eopa 2024 menjadi buktinya.
Kekalahan di Qingdao adalah bagian dari proses panjang Shin Tae-yong dalam meramu skuad terbaik timnas Indonesia.
Ia sudah berhasil membawa Indonesia naik dari peringkat 173 dunia ke peringkat 129 dunia. Ia juga membawa Indonesia kembali bersaing di panggung Asia.