Shin Tae-yong justru memasang Asnawi Mangkualam pada posisi bek kanan, Calvin Verdonk sebagai bek tengah area kiri, Shayne Pattynama bek kiri, dan Nathan Tjoe-A-On posisi tengah.
Pemain-pemain yang diberikan kesempatan bermain pertama itu tak tampil memuaskan. Alhasil, eksperimen Shin Tae-yong tak menemukan hasil yang diinginkan.
Keputusan Shin membangku cadangkan Thom, yang memiliki visi bermain di atas rata-rata, juga disorot banyak kalangan.
BACA JUGA:Memahami Istilah 'Friendly' Dalam Interaksi Sosial
BACA JUGA:Calon Anggota DPR Gagal Dilantik: Suara Terbanyak Tak Selalu Menjamin Pelantikan
Apalagi kehadiran Thom pada babak kedua terbukti memberikan sesuatu yang lebih.
Selama babak kedua, rating Thom tertinggi dari 15 penampil lainnya di Indonesia. Sofascore memberinya nilai 7,7.
Selain menciptakan gol, akurasi umpan yang tinggi yang diharapkan Shin juga lahir dari kaki gelandang Almere City tersebut.
Dari 44 kali umpan, akurasinya adalah 91 persen, itu sudah termasuk sembilan umpan jauh berhasil dari 11 kesempatan, dan juga satu umpan kunci.
BACA JUGA:TPP ASN Disebut Terancam Tak Cair, Pemprov Jambi Sebut Ada Mekanismenya
BACA JUGA:Masih Bebas Bersyarat, Mantan Napi Ini Terlibat Lagi dalam Bisnis Narkoba
Di saat lini depan tumpul, Shin juga tak berani melakukan perubahan untuk mengambil risiko, untuk setidaknya menarik keluar Rafael Struick atau Ragnar Oratmangoen yang menurut Sofascore mendapatkan rating 6,7 dan 6,4 selama 90 menit penuh.
Di bangku cadangan, ada Dimas Drajad yang bertipe striker murni yang gemar berkeliaran di kotak penalti lawan.
Dimas adalah jenis striker yang berbeda dari Struick dan Ragnar, yang gemar membuka ruang, menjemput bola, dan menyisir di sisi sayap.
Saat umpan-umpan silang mulai dicoba pasukan Garuda pada babak kedua untuk menembus low block pertahanan tim Naga, Dimas bisa menjadi jawaban daripada terus mengandalkan Struick dan Ragnar yang bukan merupakan striker jenis target man.
BACA JUGA:BNN Gagalkan Penyelundupan Paket Ganja dari Aceh Gayo Lues Menuju Sumatera Barat