JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Gelombang protes berdatangan dari para orang tua siswa. Mereka menyerbu akun instagram Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim.
Protes yang disampaikan ini tentang keresahan mereka terkait pelaksanaan wisuda di TK, SD, SMP maupun SMA atau SMK.
Memang, beberapa tahun belakangan, wisuda tak lagi hanya milik para lulusan sarjana. Menggunakan toga kini tak harus menyelesaikan skripsi terlebih dahulu.
Trend wisuda terjadi pada kelulusan TK, SD, hingga SMA atau SMK. Kondisi ini, rupanya menyulitkan sebagian orang tua.
BACA JUGA:Segini Jumlah DPT di Tebo, Terbanyak di Kecamatan Rimbo Bujang Dapil III
BACA JUGA:4 Shio yang Mudah Dapat Uang, Tapi Cepat Habis, Duh!
Lihat saja apa kata mereka di kolom komentar medsos milik Nadiem Makarim.
"Pak kalo kita bersuara itu tolong di dengar pak, segera buat peraturan supaya tidak ada lagi wisuda di TK SD SMP SMA/K, kadang biaya nya sangat memberatkan, kita nyari duit buat ijazah terus harus bayar juga buat sewa baju, sewa tempat gedung buat wisuda, dan pertegas juga untuk di hapuslan studytour yang sama sekali tidak ada manfaat nya, cuma jalan jalan gak jelas," kata akun aza20621.
"Pak Nadiem tolong hapuskan wisuda wisuda an di tingkat Paud,TK, SD SMP dan SMA, apakah pihak sekolah ingin berbisnis dengan orang tua siswa? daripada uang nya buat acara wisuda bohong bohongan mending buat beli alat tulis," tulis lagi oleh andri_azhar10.
"Pak Nadiem tolong hapus untuk wisuda paud,sd,smp,sma.. cuma lahan bisnis unfaedah .. kasian orang tua yang ekonominya pas pasan ini sangat memberatkan mereka ????," tulis akun ness_leenunna.
BACA JUGA:5 Shio yang Omongannya Bisa Dipercaya, Komunikasinya Bagus
BACA JUGA:Cara dan Resep Membuat Bubur Ayam nan Sehat
"Acara wisuda Paud - SMA adalah lahan basah pihak sekolah terutama swasta untuk mengeruk uang????????????," tulis akun hendy.martin.
Ya, fenomena wisuda di tingkat sekolah kini mulai terasa hampir di seluru Indonesia. Bagi sebagian orang tua, wisuda di tingkat sekolah ini belum lah diperlukan. Bahkan justru mengeluarkan banyak biaya yang tak perlu.
Mereka berpikir lebih baik uang tersebut digunakan untuk melanjutkan sekolah sang anak ke jenjang yang lebih tinggi.