Gencatan Senjata Dilanggar, Israel Kembali Menyerang Gaza dan Menewaskan 9 Orang
Benyamin Netanyahu-Ist/jambi-independent.co.id-
JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Israel kembali melancarkan serangan udara ke wilayah Gaza meski kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas masih berlaku. Aksi tersebut terjadi setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan militer melakukan serangan besar-besaran sebagai balasan atas dugaan pelanggaran gencatan senjata oleh kelompok Hamas.
Serangan udara menargetkan sebuah bangunan di kawasan Sabra dan area sekitar Rumah Sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza utara.
Laporan awal menyebut dua orang tewas dan empat lainnya luka-luka. Namun, Hamas mengklaim korban meninggal mencapai sembilan orang.
BACA JUGA:Perempuan di Bukittinggi yang Buang Bayi ke Jurang Kini Jadi Tersangka, Akui Lupa Wajah Sang Ayah
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh Hamas menyerang pasukan Israel di Gaza tanpa menyebutkan lokasi spesifik.
Ia menegaskan bahwa Hamas akan “membayar mahal” atas serangan itu dan atas pelanggaran perjanjian pengembalian jenazah sandera.
"Serangan Hamas terhadap tentara IDF di Gaza merupakan pelanggaran batas yang akan dibalas dengan kekuatan besar," ujar Katz.
Meski demikian, militer Israel belum memberikan pernyataan resmi mengenai serangan tersebut. Menurut laporan Reuters, seorang pejabat militer Israel menyebut Hamas telah melanggar kesepakatan dengan menyerang pasukan Israel di wilayah yang dikuasai mereka.
BACA JUGA:Jokowi hingga Budi Arie Angkat Bicara soal Utang Kereta Cepat Whoosh, Ini 5 Responsnya
Kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat mulai diberlakukan pada 10 Oktober 2025.
Namun, kedua pihak kini saling menuduh melakukan pelanggaran. Hamas menegaskan tetap berkomitmen terhadap kesepakatan damai, sementara Israel menuding kelompok itu menyerahkan jenazah sandera yang salah, sehingga memicu ketegangan baru.
Netanyahu menyebut jenazah yang diserahkan Hamas adalah Ofir Tzarfati, warga Israel yang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Ia menuduh Hamas memanfaatkan proses pengembalian jenazah untuk mengelabui Israel.
Hamas membantah tudingan itu dan menunda penyerahan jenazah berikutnya, menilai Israel justru pihak yang melanggar kesepakatan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



