Masa Depan Kurikulum Merdeka: Belajar di Era Pemerintahan Prabowo Subianto
Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro--Instagram
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah memulai berbagai inisiatif baru, termasuk kebijakan pendidikan.
Salah satu pertanyaan yang banyak muncul di kalangan masyarakat adalah terkait keberlanjutan Kurikulum Merdeka Belajar, yang diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan sebelumnya, Nadiem Makarim.
Program ini, sejak diluncurkan, telah menuai berbagai pro dan kontra di berbagai kalangan, baik dari pendidik maupun peserta didik.
Dalam pernyataan terbaru dari Prof. Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Dikti Saintek) periode 2024-2029, pemerintah memastikan bahwa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) akan tetap dilanjutkan.
"Kita lanjutkan dengan berbagai macam perbaikan yang diperlukan. Kalau sudah baik ya sudah. Yang belum baik, diperbaiki," kata Satryo di Gedung A Kemendikbud, Jakarta, Senin 21 Oktober 2024.
BACA JUGA:Jadwal Kualifikasi Piala Asia U-17: Timnas Indonesia U-17 Siap Bantai Kepulauan Mariana Utara?
BACA JUGA:Zuwanda-Sawaluddin Lantik Tim Pemenangan Wilayah Kecamatan Mestong
Terkait keberlanjutan kurikulum ini, banyak pihak menyuarakan perlunya evaluasi yang mendalam. Menurut Achmad Hidayatullah, PhD, seorang pakar pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Kurikulum Merdeka Belajar masih memiliki beberapa kelemahan.
Salah satunya adalah beban administratif yang memberatkan dosen dan guru. Menurut Dayat, banyak pendidik yang lebih fokus pada administrasi dan tuntutan kenaikan pangkat, daripada peningkatan kualitas pengajaran itu sendiri.
Selain itu, aspek biaya pendidikan juga menjadi sorotan. Meski Kurikulum Merdeka Belajar menawarkan kebebasan dalam mengakses pendidikan, biaya kuliah tetap menjadi kendala bagi sebagian besar masyarakat.
Walaupun pemerintah telah menyediakan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah untuk membantu mahasiswa kurang mampu, biaya pendidikan tinggi secara keseluruhan terus meningkat.
Achmad menambahkan bahwa perguruan tinggi saat ini bersaing dalam pasar bebas, sehingga banyak kampus, termasuk negeri, terpaksa menaikkan biaya kuliah demi memenuhi kebutuhan operasional.
BACA JUGA:Manchester United Masih Belum Raih Kemenangan di Liga Europa, Ditahan Fenerbahce 1-1
BACA JUGA:Tottenham Lanjutkan Tren Positif di Liga Europa, Tundukkan AZ Alkmaar 1-0
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: