Elektabilitas Capai 50,5 Persen, Peluang Prabowo-Gibran Menang 1 Putaran Makin Besar

Elektabilitas Capai 50,5 Persen, Peluang Prabowo-Gibran Menang 1 Putaran Makin Besar

Peluang Prabowo-Gibran Menang 1 Putaran Makin Besar-Ist/jambi-independent.co.id-

Keinginan Jokowi untuk menggabungkan sosok Prabowo dengan Ganjar kandas, seiring mengkristalnya sikap PDIP untuk mengusung capres-cawapresnya sendiri. “Ganjar yang sebelumnya didukung Jokowi lebih bersikap loyal terhadap partai,” lanjut Andreas.

Jokowi menginginkan kepemimpinan nasional usai dirinya tidak lagi menjabat bisa menjamin keberlanjutan program. “Berbeda dengan Jokowi yang mampu menjaga independensi, Ganjar lebih banyak tunduk atau bertindak layaknya petugas partai,” jelas Andreas.

BACA JUGA:7 Zodiak Perempuan yang Paling Memperhatikan Kecantikan

BACA JUGA:Tips Mengatur Keuangan untuk Liburan Akhir Tahun

Bukan tidak mungkin, kata Andreas, warisan program Jokowi akan dihitung ulang berdasarkan sikap partai-partai pengusung, dan Ganjar hanya akan mengikuti garis partai ketimbang bertindak dengan wawasannya sendiri.

“Lebih-lebih dengan kubu Anies yang sejak awal menggaungkan perubahan, meskipun kini wacananya pelan-pelan meredup,” terang Andreas. Koalisi Perubahan pengusung Anies kini didominasi partai-partai dari pemerintah, setelah Demokrat bergabung mendukung Prabowo.

Makin tegasnya arah dukungan Jokowi juga membangkitkan reaksi sangat keras dari kubu PDIP dan Ganjar.

“Serangan mulai dari soal politik dinasti, pengkhianatan keluarga Jokowi, hingga kebijakan pemerintah terus dilancarkan oleh elite PDIP dan koalisi,” ujar Andreas.

BACA JUGA:Yayasan AHM dan Taman Pintar Kembangkan Model Pengajaran Safety Riding bersama Guru PAUD

BACA JUGA:5 Shio Kaya Raya Banyak Uang, Hidup Sejahtera dan Jadi Jutawan

Perpecahan antara Jokowi dan PDIP pun tak terhindarkan, setelah keduanya seiring sejalan sejak Jokowi menjabat walikota Solo pada 2005 silam.

“Dukungan Jokowi terhadap Prabowo juga memanaskan hubungan PDIP dan Gerindra yang naik turun sejak 2009,” kata Andreas.

Sebagai sesama oposisi terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, PDIP berkoalisi dengan Gerindra pada Pilpres 2009 dan Pilkada DKI Jakarta 2012. Keduanya pecah dan berhadap-hadapan pada dua kali pemilu, yaitu 2014 dan 2019.

Rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo dibuktikan dengan bergabungnya Gerindra ke dalam pemerintahan. Kini dengan ketegangan antara Jokowi dan PDIP, praktis Gerindra kembali berseberangan dengan PDIP dalam konstelasi Pilpres 2024.

BACA JUGA:11 Manfaat Buah Nanas Bagi Kesehatan Manusia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: