Jalur Kematian, Sebuah Potret Pembiaran Batu Bara Jambi

Jalur Kematian, Sebuah Potret Pembiaran Batu Bara Jambi

Dr. Noviardi Ferzi--

Oleh : Dr. Noviardi Ferzi

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Meski menyenangi tema ekonomi, sejak mahasiswa S1 saya menentang prinsip ekonomi Adam Smith bahwa dengan modal yang sekecil-kecilnya, untuk mendapatkan untung sebesar-sebesarnya. Dalam pikiran saya kala itu, mau jadi apa dunia, jika prinsip ini digunakan semua orang. 

Berdasarkan pemikiran ini pula, menurut saya ini philosopy dasar yang bahaya, prinsip kapitalisme yang memberangus rasa keadilan, maka sejak itu saya berjanji tak akan mengeksploitasi prinsip ini dalam kehidupan.

Prinsip ekonomi ini kembali mengusik ketika batubara menjadi primadona. Ketika harga dunia Batubara meningkat, perhatian saya justru lebih tercurah pada dampak sosial, ekonomi dan lingkungan serta operasional tambang yang tak terkendali.

Meski tak setuju pada prinsip ekploitasi ekonomi, berfikir ekonomis bagi ekonom itu penting, kalkulasi kasar saya tentang batubara secara ekonomis angkanya sangat mencengangkan.

BACA JUGA:5 Cara Mendapatkan Uang dari TikTok yang Wajib Kamu Coba! 

BACA JUGA:Universitas Terbuka Gelar Wisuda Daerah Periode II Tahun 2021-2022

Mulai akhir tahun 2021, misalnya, harga batubara bergerak pada rentang US$ 375-US$ 415 per ton. Ini harga yang tinggi, bisa bayangkan, jika, kurs dolar hari ini 14.625 ribu rupiah, bearti harga batubara per ton dipasar dunia mencapai Rp. 5.480.000 sampai 6.065.000 juta rupiah lebih, tergantung kalorinya. 

Sehingga, jika masyarakat Jambi melihat ada truk batubara yang berkapasitas 10 ton di Jalan, kita sesungguhnya sedang melihat uang 54 sampai 60 juta lebih yang berjalan. Suatu angka yang besar.

Angka itu baru satu truk, bayangkan jika ada 3800 truk lalu lalang tiap hari, angkanya mencapai 200 - 228 milyar perhari. Kalikan saja 20 hari perbulan, angka sudah menembus 4 - 4,56 triliun. Hampir tembus 50 triliun pertahun. Dahsyat.

Ini baru satu pendekatan perhitungan yang membandingkan harga batubara dengan jumlah truk yang mengangkut. Jika mau akurat, kita bisa menghitung dengan data produksi batubara pertahun.

BACA JUGA:Upload Vlog, Bisa Dapat Infinix Zero 20 Gratis Lho! Buruan Ikutan, Ini Syaratnya

BACA JUGA:Calon Taruna Diduga Dianiaya Anak Petinggi Polri hingga Babak Belur

Produksi batubara Provinsi Jambi jika mengacu data tahun 2021 mencapai kurang 12 juta ton. Terbanyak hasil produksi di Sarolangun sebesar 4,9 juta ton. Kemudian Batanghari 2,7 juta ton. Bungo 1,3 juta ton, Tebo 1,1 juta ton, Muaro Jambi 122 ribu ton dan Tanjung Jabung Barat 3.600 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: