Ekonom Minta Tetap Waspada Meski Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2022 Moncer
Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira meminta semua pihak tidak terlena dengan angka pertumbuhan ekonomi. Foto Humas Kementan--
JAKARTA ,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022 sangat baik. Namun berbagai pihak terus meminta agar Indonesia waspada terhadap krisis ekonomi global.
Seperti yang disampaikan oleh Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira
Diakuinya men bahwa berbagai kebijakan pemerintah mampu membuat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 mencapai 5,44 persen (yoy).
Kebijakan itu adalah subsidi harga BBM dan LPG 3 kilogram dan pencairan tunjangan hari raya (THR).
BACA JUGA:Mencoba Kabur Saat Diamankan, Polisi Tembak Pentolan Geng Motor Jambi
BACA JUGA:Program Beli Minyak Goreng Pakai Aplikasi Peduli Lindungi, Wamendag Jerry: Jangan Ganggu Aktifitas Pedagang
"Ini kontribusinya besar dalam mempertahankan daya beli kelompok menengah dan bawah,” katanya di Jakarta, Jumat 5 Agustus 2022.
Menurut Bhima, pemberian subsidi kepada masyarakat kelas menengah ke bawah sangat tepat.
Sebab, dengan subsidi itu mereka tetap bisa melakukan konsumsi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,51 persen (yoy) menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi Indonesia kuartal II menurut pengeluaran yakni sebesar 2,92 persen.
"Pembayaran THR karyawan swasta yang penuh turut andil dalam memperbaiki daya beli kelompok pekerja upahan," ungkapnya.
BACA JUGA:Hari Ini Konser 36 Tahun Kahitna Digelar Hari ini, Ada 2 Tamu Spesial Bocor
Hal itu, mendorong mobilitas masyarakat yang diperlonggar terutama saat momentum bulan Ramadan dan Lebaran termasuk kebijakan diperbolehkan untuk mudik.
Itu yang paling berdampak signifikan terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga hingga mencapai 5,51 persen,” ujar Bhima.
Indonesia masih diuntungkan oleh boom harga komoditas batu bara, nikel, dan perkebunan bahkan inflasi yang terjaga di kisaran 4,35 persen (yoy) pada Juni terjadi karena pengusaha masih menahan kenaikan harga ditingkat konsumen seperti dikutip dari jpnn.com.
“Tetapi kita tidak boleh terlena oleh pertumbuhan yang positif ini karena tantangan di semester ke II jauh lebih berat,” tegas Bhima. (viz)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: