b9

Risiko, Tantangan dan Peluang Koperasi Merah Putih

Risiko, Tantangan dan Peluang Koperasi Merah Putih

Muji Lestari-ist/jambi-independent.co.id-

Keempat, risiko keberlanjutan program dalam jangka menengah dan jangka panjang. Risiko keberlanjutan muncul merujuk pada kemampuan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih untuk tetap menghasilkan manfaat dan menjaga operasional secara efektif.

Dalam upaya optimalisasi program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, tantangan yang harus diatasi adalah pertama, kesenjangan infrastruktur desa yang terjadi karena masih banyak desa menghadapi keterbatasan infrastruktur dasar seperti akses jalan, listrik, air bersih, dan jaringan internet.

Keterbatasan ini menyulitkan distribusi logistik, pemasaran produk koperasi, dan pengembangan usaha berbasis digital. Kedua, keterbatasan kapasitas sumber daya manusia koperasi karena sebagian besar pengurus koperasi di tingkat desa belum memiliki keterampilan manajerial, keuangan, dan digitalisasi yang memadai, sehingga mempengaruhi efisiensi pengelolaan. 

BACA JUGA:Waduh! Warga Merlung Dibacok Mantan Suami Istrinya dengan Parang

Ketiga, ketimpangan akses permodalan yang disebabkan oleh adanya pandangan dari lembaga keuangan formal bahwa bisnis koperasi masih berisiko tinggi sehingga koperasi sulit memperoleh modal usaha dengan bunga rendah.

Keempat, lemahnya koordinasi lintas kementerian, pemerintah daerah, dan lembaga keuangan dalam pelaksanaan program yang sering kali menyebabkan keterlambatan pelaksanaan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.

Tantangan lainnya adalah rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap koperasi sebagai akibat citra negatif akibat kegagalan koperasi masa lalu masih membekas di sebagian masyarakat; adanya pergeseran nilai gotong royong menuju orientasi ekonomi individual menyebabkan sulitnya membangun solidaritas kolektif di kalangan pelaku usaha desa, serta rendahnya pemahaman masyarakat desa tentang sistem keuangan modern dan teknologi digital menghambat adopsi model bisnis Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih berbasis inovasi. Dari sisi ekonomi dan pasar, tantangan yang harus diatasi tingginya tingkat kerentanan koperasi desa yang berbasis produk pertanian dan perikanan terhadap fluktuasi harga global dan persaingan dengan produk impor murah; rendahnya akses produk koperasi ke pasar nasional dan internasional sebagai akibat besar terbatasnya logistik, sertifikasi, dan branding.

BACA JUGA:Indonesia Pastikan Satu Gelar Ganda Putri di Indonesia Masters II 2025

Peluang

Dengan kebijakan pemerintah yang konsisten, kerjasama yang solid antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, perbankan, masyarakat desa dan pelaku lainnya, serta pemanfaatan pengetahuan dan teknologi informasi secara nyata, maka Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih dapat menjadi tulang punggung ekonomi nasional yang tangguh dan mandiri, serta membuka peluang besar untuk membangun ekonomi rakyat yang berdaulat dan berkeadilan.

Peluang yang muncul adalah pertama, penguatan desentralisasi dan otonomi desa melalui pelaksanaan Undang-Undang Desa secara konsisten dan nyata yang memberi ruang besar bagi desa untuk mengelola pembangunan dan ekonomi secara mandiri.

Kedua, pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, energi, dan konektivitas digital yang telah dilakukan dalam satu dekade terakhir membuka peluang besar bagi distribusi dan pengembangan jaringan usaha koperasi. Ketiga, kebijakan Pemerintah Pusat yang konsisten dengan prioritas pada ekonomi kerakyatan dan kedaulatan pangan memberi ruang penguatan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih melalui kebijakan fiskal, investasi, dan digitalisasi.

Keempat, dengan penduduk lebih dari 275 juta orang, Indonesia memiliki pasar domestik yang luas untuk produk koperasi, terutama pangan, hasil bumi, dan produk kreatif desa.

BACA JUGA:Menaker Imbau Gen Z Miliki Growth Mindset dan Tak Hanya Andalkan Satu Keahlian

Hal ini sejalan dengan meningkatnya permintaan produk lokal dan ramah lingkungan yang dapat diisi oleh koperasi desa.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: