b9

Tanggap Penyakit Pasca Bencana

Tanggap Penyakit Pasca Bencana

Sejumlah petugas medis Pukesmas Padang Rubek dan Pukesmas Kuala Tadu memeriksa korban banjir di Desa Kuta Teugoh, Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya, Aceh, Kamis 11 Desember 2025.-ANTARA-

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan risiko gangguan kesehatan dapat berlangsung hingga lebih dari tujuh bulan setelah banjir.

Temuan ini menggambarkan bahwa dampak kesehatan akibat banjir jauh melampaui masa krisis awal. Hal tersebut menegaskan pentingnya pengawasan kesehatan berkelanjutan serta penguatan upaya pencegahan agar dampak jangka panjang dapat diminimalkan.

Pengawasan air limbah dan lingkungan, sebagaimana direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO 2024), menjadi salah satu strategi penting untuk memantau penyebaran penyakit pascabencana. Pemeriksaan sampel air limbah dan lingkungan dapat mendeteksi kuman penyebab penyakit, termasuk bakteri, virus, atau kuman kebal obat, bahkan sebelum banyak kasus muncul di masyarakat.

Pemantauan ini membantu menutup kesenjangan informasi mengenai pola penyebaran penyakit di lingkungan.

Dalam situasi pascabencana, metode ini sangat bermanfaat karena memberikan peringatan dini, sehingga tindakan pencegahan dan respons kesehatan dapat dilakukan secara lebih cepat, tepat, dan efektif.

Lebih lanjut, penilaian risiko kesehatan pascabencana banjir sebagai bentuk upaya pengawasan memerlukan pendekatan one health yang menghubungkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

Secara operasional, bencana dapat mengganggu reservoir lingkungan, mengubah pola kontak antara hewan dan manusia, serta meningkatkan kebutuhan layanan kesehatan. Karena itu, penilaian risiko harus dilakukan dengan mempertimbangkan ketiga aspek tersebut secara bersamaan.

Dalam penilaian risiko tersebut, dapat dikaji wabah penyakit yang muncul setelah banjir. Pengetahuan ini diharapkan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana serupa di masa mendatang.

Hal itu juga sekaligus mendukung pengembangan sistem prediktif yang mampu mendeteksi sinyal bahaya lebih awal guna memperkuat upaya pencegahan terhadap ancaman penyakit terkait banjir.

Dibutuhkan tindakan bersama dan pemantauan dari seluruh pemangku kepentingan agar banjir memicu respons yang terkoordinasi, bukan terfragmentasi.

* Dosen epidemiologi, fakultas kesehatan masyarakat, Ketua Research Center on Global Emerging and Re-emerging Infectious Diseases dan Sekretaris Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: