Tanggap Penyakit Pasca Bencana
Sejumlah petugas medis Pukesmas Padang Rubek dan Pukesmas Kuala Tadu memeriksa korban banjir di Desa Kuta Teugoh, Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya, Aceh, Kamis 11 Desember 2025.-ANTARA-
BACA JUGA:Infinix Smart 10 Unggul di Kelas Harga 1 Jutaan, Jadi Pilihan Terbaik Penghujung Tahun 2025
Kesehatan masyarakat
Selama dan setelah banjir, penumpukan warga di tempat pengungsian serta meningkatnya kepadatan di fasilitas kesehatan, ditambah terganggunya sistem air bersih, sanitasi, dan terbatasnya ketersediaan obat, menciptakan kondisi yang sangat mendukung penyebaran penyakit menular.
Bahkan, kerusakan infrastruktur kesehatan kerap menyebabkan kegagalan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), sehingga berbagai infeksi, termasuk infeksi resisten antibiotik, lebih mudah menyebar.
Di sisi lain, terganggunya rantai pasokan medis mendorong penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau tidak tuntas, yang pada akhirnya meningkatkan risiko resistensi.
Selain itu, banjir dapat mencemari sistem air melalui aliran limbah yang tak terolah dari fasilitas air limbah yang rusak, infrastruktur rumah sakit, luapan saluran pembuangan, serta limpasan dari area pertanian atau industri.
Kondisi ini memperparah penyebaran penyakit infeksi. Banjir kerap memicu wabah penyakit melalui kontaminasi limbah.
Ada 3 hal utama yang meningkatkan risiko penyakit dan kematian, saat banjir. Pertama, sumber air bersih dapat tercemar, sehingga masyarakat lebih rentan terserang penyakit, seperti diare dan infeksi lainnya.
Kedua, genangan air menjadi tempat berkembang biak hama, seperti tikus dan nyamuk pembawa penyakit.
Ketiga, banyak warga terpaksa mengungsi dan kehilangan akses yang memadai terhadap fasilitas sanitasi, sehingga kondisi kesehatan mereka semakin rentan.
Infrastruktur layanan kesehatan sering terganggu saat banjir, sementara lonjakan jumlah pasien memberikan tekanan berat pada fasilitas kesehatan.
Setelah banjir, berbagai infeksi menjadi alasan umum seseorang mencari perawatan medis, seperti infeksi kulit, infeksi saluran pernapasan, penyakit gastrointestinal, zoonosis, serta penyakit yang ditularkan melalui vektor.
Selain itu, terjadi peningkatan penyakit tidak menular, termasuk penyakit pernapasan kronis, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes. Kondisi tersebut muncul karena bencana menghambat akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dan memutus pasokan obat-obatan penting.
Situasi ini diperparah oleh masalah kesehatan akut lain, seperti cedera ortopedi, luka robek, hipotermia, sengatan listrik, dan luka bakar, yang turut menambah beban pada sistem kesehatan selama banjir.
Pengawasan berkelanjutan
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



