b9

Waduh, Jangan Salah Kaprah! Sehat Mental Bukan Berarti Selalu Bahagia

Waduh, Jangan Salah Kaprah! Sehat Mental Bukan Berarti Selalu Bahagia

Psikolog Natasya "Ruang Cerita: Ngobrol Santai Tentang Kesehatan Mental"-Antara/jambi-independent.co.id-

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Psikolog klinis dewasa Natasya menegaskan bahwa kesehatan mental bukan berarti seseorang harus selalu merasa bahagia.

Menurutnya, sehat mental justru berkaitan dengan kemampuan individu untuk tetap produktif, mengelola stres, dan beradaptasi dengan berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari.

"Banyak orang yang masih salah terkait kesehatan mental. Mereka berpikir kalau kesehatan mental itu berarti kita harus bahagia," ujar Natasya dalam diskusi bertajuk 'Ruang Cerita: Ngobrol Santai Tentang Kesehatan Mental' di Yogyakarta, Minggu 12 Oktober 2025.

BACA JUGA:Psikopat Bisa Terbentuk Sejak Masa Kanak-Kanak, Jangan Remehkan Indikasinya

Ia menjelaskan bahwa kondisi mental yang sehat adalah saat seseorang dapat tetap berfungsi, bekerja, dan berkontribusi di lingkungannya meskipun sedang menghadapi tekanan.

"Kita mungkin tidak bisa menghindari stres. Yang utama adalah bagaimana kita bisa mengelola stres itu dengan baik agar tidak berkelanjutan menjadi gangguan psikologis," tambahnya.

Menurut Natasya, kesehatan mental bukan berarti seseorang tidak pernah merasa sedih, marah, atau kecewa. Justru, kemampuan untuk menghadapi dan memaknai perasaan-perasaan itu dengan bijak menjadi tanda kedewasaan emosional.

BACA JUGA:Waspada! Sering Main Ponsel Sebelum Tidur Bisa Ganggu Tidur, Penglihatan, dan Kesehatan Mental

"Sehat mental bukan berarti tidak pernah merasa sedih, marah, atau kecewa. Namun bagaimana kita bisa menghadapi dan memaknai perasaan itu agar tidak menjadi hambatan di kemudian hari," tuturnya.

Ia juga menekankan pentingnya memiliki ruang aman untuk mengekspresikan diri, baik kepada teman, keluarga, maupun tenaga profesional seperti psikolog. Menurutnya, menekan emosi negatif hanya akan membuat seseorang semakin terbebani.

"Ketika kita menolak atau menekan emosi, itu tidak membuat masalahnya hilang, justru bisa menumpuk dan menjadi beban. Maka penting untuk punya ruang aman untuk mengekspresikan diri," jelas Natasya.

BACA JUGA:Layanan Kesehatan Mental Kini Ditanggung BPJS Kesehatan

Sementara itu, psikolog Patricia Melati Rosari dari Universitas Mercu Buana Yogyakarta menambahkan bahwa penting bagi individu untuk mengenali tanda-tanda ketika mental membutuhkan istirahat. Ia menyebut tiga sinyal utama yang berkaitan dengan pikiran, emosi, dan perilaku.

"Kalau mengerjakan tugas yang seharusnya selesai 30 menit tapi molor karena tidak bisa fokus, itu sudah jadi tanda awal sebelum masuk ke fase stres yang lebih berat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: