JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Jelang Valentine Day (Hari Valentine), tak sedikit masyarakat yang mulai sibuk menyiapkan kado untuk pasangannya. Selain bunga, Valentine juga identik dengan cokelat sebagai ungkapan cinta atau kasih sayang.
Biasanya cokelat dikemas dalam kotak yang didekorasi dengan cantik dan disandingkan dengan bunga-bunga berlambang cinta. Lalu, sebetulnya mengapa hari Valentine identik dengan cokelat. Berikut kenapa cokelat identik dengan Valentine:
Cokelat merupakan simbol kasih sayang, kenyamanan, dan sensualitas. Dulu makanan ini dianggap sebagai barang mewah dan hanya diperuntukkan untuk suku elit, yakni suku Maya dan Aztec.
Mereka percaya bahwa cokelat memiliki manfaat bagi kesehatan. Seiring berjalannya waktu, sekitar 1600-an, cokelat mulai menyebar ke wilayah Eropa. Namun saat itu cokelat belum dikaitkan dengan perayaan Valentine.
Pada 1840-an, gagasan Valentine sebagai hari libur untuk merayakan kasih sayang mulai dilakukan sebagai besar wilayah Eropa. Masyarakat memberikan hadiah kepada pasangannya untuk merayakan hari kasih sayang tersebut.
Datanglah Richard Cadburry, seorang keturunan keluarga produsen cokelat Inggris yang bertanggung jawab atas penjualan cokelat. Guna meningkatkan penjualannya, Cadburry melakukan inovasi pada produk cokelat yang dijual.
Ia pun menambahkan mentega pada biji kakao untuk menghasilkan rasa cokelat yang lebih enak. Dari sinilah, Cadburry tidak sengaja menghasilkan varian cokelat baru yang disebut dengan dark chocolate atau cokelat masak pekat.
Menyadari peluang bisnisnya, Cadburry mulai menjual varian cokelat ini dengan dikemas menggunakan kotak yang indah. Ia menaruh gambar Cupid dan bunga mawar di atas kotak berisi cokelat berbentuk hati. Dari sinilah muncul gagasan cokelat sebagai hadiah Valentine.
Masyarakat pada era Victoria tahu bahwa cokelat merupakan simbol kasih sayang dan rayuan. Laki-laki muda lantas menggunakan cokelat untuk mendekati perempuan. Memberikan sekotak cokelat untuk perempuan muda adalah cara pria memperlihatkan kasih sayangnya.
Namun, karena cokelat pada era Victoria diibaratkan dengan hubungan dan seks, buku etiket pada masa itu mengingatkan perempuan lajang untuk tidak menerima cokelat dari laki-laki tidak dikenal.
Perempuan pada masa itu juga tabu untuk memberikan cokelat kepada laki-laki. Hanya perempuan berani yang melakukannya. Seiring waktu, kesan cokelat yang tabu mulai hilang. Dari Eropa, budaya memberikan cokelat pada Hari Valentine juga mulai merambah ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Mengenai Hari Valentine sendiri, sebenarnya ini ditujukan untuk menghormati martir Katolik bernama Valentine. Walau sebetulnya Hari Valentine bukanlah hari kasih sayang, melainkan simbol penghormatan.(radarlampung.co.id)