Mengapa Perempuan Sering Merasa Dirinya Selalu Benar? Perspektif Psikologi dan Penelitian

Senin 02-12-2024,10:47 WIB
Reporter : Rilect
Editor : Rilect

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Kecenderungan perempuan untuk merasa dirinya selalu benar sering kali menjadi bahan perdebatan dalam hubungan interpersonal, baik di lingkungan keluarga, pekerjaan, maupun dalam hubungan romantis.

Namun, apakah ini sekadar stereotip atau ada dasar ilmiahnya? Berdasarkan beberapa penelitian psikologis, fenomena ini dapat dijelaskan dari sudut pandang perilaku, pola pikir, dan cara perempuan memproses informasi.

Studi menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih mengandalkan intuisi dalam pengambilan keputusan.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Behavioral and Brain Sciences (2015), perempuan lebih sering menggunakan pendekatan berbasis emosi dan pengalaman, yang sering kali dianggap lebih benar oleh diri mereka sendiri karena didukung oleh pemahaman mendalam dari perspektif emosional.  

Ketika perempuan merasa yakin terhadap suatu keputusan atau pendapat, hal ini sering kali didasarkan pada penggabungan antara fakta dan intuisi, yang menurut mereka sulit disangkal oleh logika saja.

BACA JUGA:Mengenal Autoimun IgA Nephropathy: Penyakit yang Diderita Abdee Slank

BACA JUGA:Abdee Slank Bangkit: Kembali Bermusik Setelah Berjuang Melawan Penyakit Ginjal

Penelitian oleh Deborah Tannen, seorang profesor linguistik, menemukan bahwa perempuan cenderung mengutamakan hubungan emosional dalam komunikasi. Ketika terjadi konflik atau perbedaan pendapat, perempuan sering kali merasa posisinya benar karena mereka melihat situasi dari sudut pandang hubungan, bukan hanya argumen rasional.  

Hal ini dapat menciptakan persepsi bahwa perempuan lebih sering berusaha mempertahankan pendapat mereka, meskipun terkadang terkesan tidak terbuka terhadap pandangan lain.  

Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Psychological Science (2013), baik laki-laki maupun perempuan dapat menunjukkan overconfidence dalam pengambilan keputusan.

Namun, perempuan cenderung lebih percaya diri dalam konteks sosial atau emosional karena mereka merasa lebih berkompeten dalam memahami dinamika interpersonal. Keyakinan ini sering kali memunculkan anggapan bahwa mereka selalu benar.

Sebuah studi dari Journal of Family Psychology (2018) mengungkapkan bahwa perempuan memiliki kebutuhan lebih besar untuk memperbaiki hubungan ketika terjadi konflik.

BACA JUGA:Kontroversi Bantuan Sembako Wapres Gibran dan Etika Penggunaan APBN

BACA JUGA:Nasib iPhone 16 di Indonesia: Tersendat Izin TKDN dan Komitmen Investasi

Dalam upaya memperjuangkan perdamaian atau keadilan, mereka cenderung mempertahankan argumen hingga diyakini benar oleh pihak lain. Hal ini bukan karena ingin menang, melainkan untuk mencapai resolusi yang mereka anggap adil.

Kategori :