Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila? Beginilah ceritanya :
Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggil Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai.
“Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku,” pinta bapaknya.
BACA JUGA:Pak Polisi, Ini Wajah Salah Satu Pelaku yang Menyeret Anjing dengan Sepeda Motor
BACA JUGA:Telkomsel Umumkan Pemenang Duta Internet BAIK Heroes Series 7
Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. Ia cium telinga kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.
“Aduh pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi, yang sebelah kiri baunya amat busuk,” jelas Abu Nawas.
“Wahai anakku Abu Nawas. tahukah apa sebabnya hal bisa bisa terjadi?” kata bapaknya mulai menjelaskan.
Syeikh Maulana, bapak Abu Nawas mulai bercerita.
BACA JUGA:Mak Ganjar Gelar Penyuluhan Pertanian di Muaro Jambi
BACA JUGA:Bidhumas Polda Jambi Gelar Workshop Pengelolaan Keterbukaan Informasi Publik
“Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku tak suka maka tak kudengar pengaduannya. Inil ah resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jika kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hal yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi,” kata bapaknya.
Oleh karena itulah Abu Nawas pura-pura menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi atau penghulu yang pada masa itu kedudukannya seperti ingin memutus suatu perkara. *