Sutradara Merah Putih: One for All Tanggapi Sindiran Badan Bahasa
Film animasi Merah Putih: One for All-Perfiki Kreasindo/jambi-independent.co.id-
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID- Kritikan untuk film animasi Merah Putih: One for All sejak sebelum penayangan hingga akhirnya tayang pada Kamis, 14 Agustus 2025 lalu.
Bahkan, Badan Bahasa pun turut angkat suara mengomentari pemilihan bahasa asing pada judul film yang bertemakan kebangsaan.
Menanggapi komentar ini, melalui wawancara oleh CNNIndonesia, Sutradara film animas Merah Putih: One for All Endiarto berdalih bahwa Bahasa Inggris bukanlah bahasa asing.
"Bahasa Inggris kan bukan bahasa asing, tapi bahasa sehari-hari yang sangat familiar," jelas Endiarto.
BACA JUGA:Kepopuleran Makin Meningkat, Kenapa Mobil Listrik China Lebih Laku di Indonesia?
Ia melanjutkan bahwasanya anak kecil TK maupun SD sudah mengetahui bahasa Inggris karena digunakan sebagai bahasa gaul sehari-hari. Sontak jawaban ini menimbulkan respons dari publik.
Banyak publik yang tidak menerima pernyataan bahasa Inggris bukanlah bahasa asing seperti yang dikemukakan sutradara film animasi ini.
Sebelumnya, pada unggahan di media sosial, Badan Bahasa menyorot pada slogan film yang berbunyi "Film Animasi Anak Indonesia Pertama bertema Kebangsaan".
Walaupun tidak menyebutkan judul film secara gamblang, Badan Bahasa membahas mengenai penggunaan bahasa asing dalam judul film animasi yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
BACA JUGA:Bendera Merah Putih Lambang Kemerdekaan Indonesia, Yuk Kenali Makna Dan Sejarahnya !
"Mengapa justru judulnya menggunakan bahasa asing? Bukankan esensi nasionalisme adalah memuliakan bahasa dan identitas bangsa sendiri?" tulis Badan Bahasa dalam unggahan media sosial pada Senin, 11 Agustus 2025.
Dalam tulisannya, Badan Bahasa memaparkan isi dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Undang-undang ini menjelaskan tentang konsistensi nilai dalam penggunaan bahasa Indonesia.
"Menggunakan bahasa asing pada judul film bertema nasionalisme dan kebangsaan, tetapi mengabaikan bahasa sendiri terasa paradoksial," lanjut Badan Bahasa
Mereka menilai bahwasanya jika ingin mencintai tanah air, sudah sebaiknya memulai dengan menghormati bahasa sendiri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




