Ini Alasannya, Energy Watch Dukung Erick Thohir Melarang Ekspor EBT

Ini Alasannya, Energy Watch Dukung Erick Thohir Melarang Ekspor EBT

Energy watch dukung Erick Tohir larang ekspor energy terbarukan. Foto : Antara--

JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID-Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melarang ekspor Energi Baru Terbarukan (EBT).
 
Langkah Erick Thohir ini didukung oleh Energy Watch. Direktur Eksekutif  Mamit Setiawan mendukung kebijakan tersebut.
 
Dikatakannya bahwa hal ini dikarenakan pemerintah harus terlebih dahulu mengutamakan pasokan di dalam negeri. Jika sudah terpenuhi,maka barulah ekspor bisa diberlakukan.
 
"Pelarangan tersebut sama seperti kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) batu bara dan minyak goreng yang mengharuskan badan usaha memenuhi kebutuhan masyarakat terlebih dahulu," ujarnya.
 
 
 
Menurut Mamit, pelarangan ekspor EBT tersebut dilakukan demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ini mengingat bauran listrik dari energi bersih secara nasional masih berada pada angka 11,7 persen.
 
“Jumlah EBT kita masih sedikit. Jadi, seharusnya memang tidak untuk diekspor. Penuhi dulu kebutuhan dalam negeri secara optimal,” ujar Mamit, Minggu 5 Juni 2022.
 
Lebih lanjut, Mamit mengatakan pemerintah harus mengejar target bauran listrik bersih mencapai 23 persen pada tahun 2025.
 
Menurut Mamit, meski terasa cukup berat untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah menggalakkan beberapa program.
 
Salah satuya dengan penggunaan PLTS Atap untuk mempercepat transisi energi dan meningkatkan pemanfaatan potensi energi baru dan terbarukan (EBT).
 
“Namun, paling tidak kan saat ini pemerintah sedang menggalakkan dengan program terutama untuk PLTS atap supaya terus berkembang. Nah, ini menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan EBT di 23 persen untuk 2025,” ucap Mamit.
 
Selain itu untuk mendukung penggunaan EBT pemerintah juga tengah menggodok Rancangan Undang-Undang EBT untuk menciptakan iklim investasi dan pengembangan EBT.
 
 
 
Namun, Mamit mengingatkan pemerintah saat ini kondisi pasokan listrik dari PLN sedang Over Supplay atau mengalami kelebihan pasokan, sehingga kelebihan itu harus diserap.
 
Belum lagi nantinya ditambah sumbangan pasokan energi dari EBT sehingga pemerintah harus menciptakan pasar baru demi konsumsi listrik seperti dikutip dari jpnn.com.
 
“Listrik dari EBT ini bisa dioptimalkan oleh potensi di dalam negeri,” ujar Mamit.(viz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: