AWARDS
b9

Islam Jambi di Tengah Islam Nusantara: Historisitas, Multipolaritas, dan Kolaborasi Melayu Jambi

Islam Jambi di Tengah Islam Nusantara: Historisitas, Multipolaritas, dan Kolaborasi Melayu Jambi

Mukhtar Latif-ist/jambi-independent.co.id-

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - ​Islam di Jambi menawarkan narasi unik yang sering terabaikan dalam diskursus Islam Nusantara.

Berbeda dari jalur konvensional, Islam Jambi dicirikan oleh multipolaritas sumber, mulai dari pedagang Arab di jalur Makkah/Arabia abad ke-1 H/7 M, hingga pelembagaan oleh tokoh yang dikaitkan dengan Kesultanan Turki Utsmaniyah di abad ke-9 H/15 M.

Paper ini menguraikan kekhasan historis tersebut, mengaitkannya dengan potensi Jambi sebagai pelabuhan global (Sungai-Laut) dan pusat peradaban (Candi Muaro Jambi) sejak abad ke-7 M.

Analisis diperkuat oleh tinjauan kritis terhadap teori-teori sejarah dari pakar global (Cina, Belanda, Timur Tengah) dan studi mengenai Tarekat yang berkembang.

BACA JUGA:Waduh! Balita yang Diculik di Makassar Ternyata Dibawa ke Jambi dengan Pesawat Lion Air

Temuan utama menunjukkan bahwa kolaborasi harmonis antara Islam dan Adat Melayu Jambi melalui filosofi "Adat Bersendi Syarak" merupakan kunci bagi Islamisasi yang damai dan inklusif, menjadikan Jambi sebagai model dialog peradaban yang layak mendapat sorotan global.

​Kata Kunci: Islam Jambi, Melayu Jambi, Teori Makkah, Datuk Paduko Berhalo, Candi Muaro Jambi, Tarekat.

​A. Asal Usul Islam Jambi: Melacak Jejak Multipolaritas yang Berbeda

​- Landasan Teologis: Perintah Penyebaran Islam (Dakwah) dan Rahmat

Motivasi para da'i dan ulama yang mencapai Jambi berakar pada pemahaman teologis mendalam terhadap misi universal Islam, melampaui kepentingan dagang semata.

BACA JUGA:Harwan Muldidarmawan Tekankan Kepatuhan dan Integritas sebagai Pilar Kinerja Jasa Raharja di Kanwil Sulselbar

​1. Misi Universal dan Penghapusan Batas Geografis

​Perintah untuk menyebarkan risalah kepada seluruh manusia menjadi otorisasi bagi perjalanan jauh ulama ke Nusantara.

​Hadis Universalitas Risalah: Rasulullah bersabda, "Dahulu, seorang nabi diutus khusus kepada kaumnya saja, sementara aku diutus kepada seluruh umat manusia secara umum" (Sahih Bukhari, Hadis No. 335).

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: