Drainase Sekunder Rawan Genangan

Drainase Sekunder Rawan Genangan

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAMBI - Drainase sekunder di Kelurahan Lebakbandung, Kecamatan Jelutung, kerap meluap saat hujan deras. Tepatnya di RT 12, Lorong Amas dan di belakang salah satu kantor media cetak di kawasan itu.

Kondisi ini, disampaikan Lurah Lebakbandung, Ahmad Fikri Aiman bahwa sudah pihaknya sampaikan kepada leading sektor. Saat ini termasuk dalam pemantauan Bidang SDA, Dinas PUPR Kota Jambi.

"Di drainase sekunder ini, kondisinya hanya numpang lewat saja. Itupun kalau hujan sangat deras. Dalam hitungan 5 hingga 10 menit kalau hujan reda, langsung surut," bebernya.

Untuk rehabilitasi pada drainase tersebut, menurutnya tinggal menunggu perbaikan, pada kawasan RT 12.

"Ini kita tinggal menunggu realisasinya saja. Tingal kapan waktunya," kata dia.

Sementara itu, di titik lainnya, RT 32, kata Fikri kerap meluap jika intensitas curah hujan tinggi. Padahal sudah beberapa kali rehabilitasi dan normalisasi.

"Sekarang kalau hujan sangat lebat, baru meluap drainasenya. Kalau intensitas curah hujannya sedang, Insya Allah masih aman," bebernya.

Diketahui, saat hujan deras beberapa waktu lalu, di Lebakbandung cukup aman. Namun, ketika hujan selama beberapa jam dalam sehari, ada kawasan yang hampir menggenagi rumah warga. Beruntung, hujan mereda dan air pun surut.

Sementara itu, Kabid Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Kota Jambi, Yunius mengatakan, kondisi banjir dan genangan di Kota Jambi merupakan permasalahan lama, yang saat ini masih terus dicari solusinya. Selain karena kondisi bangunan atau drainase yang sudah tua, juga ditenggarai warga yang enggan memberikan sedikit lahannya untuk jalur drainase.

“Kita juga sudah sering koordinasikan dengan masyarakat, namun memang masyarakat enggan. Itu jalur utama aliran dari UPCA ke Kacapiring dan ke Kenalibesar itu,” jelasnya.

Memang, rencana membongkar ulang drainase tersebut ada. Namun sepertinya harus tertunda lantaran membutuhkan anggaran yang besar mencapai Rp 2 miliar lebih. Selain itu, juga karena persoalan pembebasan lahan rumah warga yang terlalu dekat dengan drainase dan lainnya.

“Mereka tidak mau memberikan untuk pelebaran. Untuk pendalaman tidak bisa lagi,” timpalnya.

Nantinya, jika hal ini masih terus berlangsung, pihaknya hanya akan memprioritaskan penanganan di titik yang memungkinkan untuk diperbaiki.

“Karena mengingat banyak titik lain yang harus diperbaiki. Jika masyarakat memang enggan memberikan lahannya, ya ditinggal saja, menunggu selanjutnya,” jelasnya. (tav/enn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: