Menjaga Gunung Hapuk Sebagai Sumber Mata Air Bagi Suku Dayak Meratus
Penduduk Suku Dayak Meratus (Madi) mengunjungi bendungan air buatan sebagai penampung sumber mata air di Gunung Hapuk kawasan Pegunungan Meratus, Desa Hinas Kanan, Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan-ANTARA-
KALSEL, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Fajar mulai menyingsing. Pantulan sinar matahari dari ufuk timur mengisyaratkan sebuah kehidupan sederhana di kampung Dayak Meratus yang terbentang luas di bukit-bukit Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, mulai menggeliat.
Sebuah perkampungan di Pegunungan Meratus, tepatnya di Desa Hinas Kanan RT 4, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, ada sebuah kampung yang dihuni suku Dayak yang berjumlah sekitar 20 kepala keluarga (KK).
Di antara penduduk itu, ada seorang lelaki paruh baya, Madi, namanya. Lelaki keturunan asli suku Dayak Meratus itu adalah orang pertama yang menemukan sumber mata air di Gunung Hapuk, letaknya lima kilometer dari tempat tinggal penduduk.
Untuk menuju kampung itu, dari Kota Barabai (Ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah), berjarak puluhan kilometer.
BACA JUGA:Orang Tua Wajib Tahu! Ini Dia 6 Dampak Buruk HP Bagi Pertumbuhan Anak
BACA JUGA:Ukir Sejarah Baru, Manchester City Juara Liga Inggris 4 kali Berturut-turut
Dalam perjalanan sore hari, Pegunungan Meratus tampak terhampar jelas di depan mata. Pohon-pohon menjulang tinggi, masih terjaga kelestariannya. Keindahan alam itu menjadi anugerah bagi suku Dayak yang tinggal di pegunungan tersebut.
Menoleh ke ufuk barat, kala matahari mulai terbenam, terlihat cahaya merah jingga menyinari vegetasi yang menyelimuti Pegunungan Meratus. Pemandangan alam ini memperkuat alasan mengapa Kalimantan disebut sebagai paru-paru bagi dunia.
Setelah puluhan kilometer perjalanan, terlihat jalan membelah punggung bukit Pegunungan Meratus. Kendaraan roda dua yang khusus dirancang melintasi jalan setapak di hutan, mengantarkan sampai ke rumah Madi yang berada di puncak bukit.
Sebelum era tahun 2000, lelaki yang kini sudah memiliki dua anak dan satu cucu itu, dahulu bersama penduduk di kampung Dayak yang tidak lebih dari 10 kepala keluarga, mereka terbiasa berjalan kaki turun ke kaki gunung yang berjarak belasan kilometer untuk mencari air.
BACA JUGA:Stop! Kebiasaan Tidur Dekat HP: Ini Dia 6 Ancaman Kesehatan yang Sering Diabaikan
BACA JUGA:Satpol PP Kota Jambi dengan PKL Tugu Keris Siginjai Bentrok, 1 Petugas Cedera Dibawa ke Rumah Sakit
Tinggal di wilayah pegunungan, di puncak bukit, tidak menjadikan penduduk di sini mudah mendapatkan sumber mata air.
Namun, dengan keseharian masyarakat suku Dayak Meratus yang biasa berburu kancil ke berbagai penjuru hutan, akhirnya ditemukan mata air yang dapat dimanfaatkan Madi bersama 20 kepala keluarga di kampung itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: