Gawat Nih! Harga Sawit Terus Turun, Belum Ada Tanda-tanda Menggemberikan

Gawat Nih! Harga Sawit Terus Turun, Belum Ada Tanda-tanda Menggemberikan

Harga sawit di Provinsi Jambi saat ini turun lagi.-dok-Jambi-independent.co.id

Kemudian untuk harga rata-rata CPO di angka Rp9.446,25 per kilogram, dan harga rata-rata inti sawit Rp4.950,98 per kilogram.

Dia mengatakan, belum diketahui kapan harga TBS kelapa sawit ini akan membaik. Karena semuanya tergantung dengan harga minyak dunia, dan permintaan di pasar internasional. 

BACA JUGA:Kapolda Jambi Jadi Bapak Asuh Anak Stunting, Polda Jambi dan BKKBN Provinsi Jambi Jalin Kerjasama

BACA JUGA:PBFI Bungo Siapkan 5 Atlet Binaraga untuk Porprov Jambi ke-XXIII

Minggu lalu, harga penjualan TBS di tingkat petani di Kabupaten Bungo hanya sebesar Rp1.400 per kilogram. Wagimin, seorang petani sawit berusia 34 tahun dari Kecamatan Bathin II Babeko, mengungkapkan bahwa harga sawit telah mengalami penurunan drastis dalam sepekan terakhir. 

"Harga semula sebesar Rp 3.000 per kilogram, kemudian turun menjadi Rp 2.000 per kilogram, dan sekarang hanya Rp 1.800 per kilogram di harga pabrik. Jika di tingkat pengepul, harga hanya Rp 1.100 per kilogram jika diambil dari petani," ujarnya pada Jumat, 2 Juni 2023.

Penurunan harga ini telah terjadi sejak beberapa bulan terakhir dan saat ini mencapai titik terendah. Wagimin mengungkapkan bahwa para petani hanya bisa menerima kenyataan pahit ini. 

Mereka tidak memiliki pilihan lain selain menjual hasil panen mereka dengan harga yang rendah. Jika tidak dijual, tandan buah sawit tersebut akan membusuk dan menjadi sia-sia.

BACA JUGA:Bertemu Ketua dan Komisoner KPU Provinsi Jambi, Kapolda Jambi: Polda Jambi Siap Amankan Tahapan Pemilu

BACA JUGA:Sempat Dirawat, Korban Kecelakaan di Plabi Desa Kota Baru Tanjab Timur Meninggal Dunia

"Daripada merugi lebih besar, kami terpaksa menjual dengan harga murah," kata Wagimin. Kondisi ini berdampak besar bagi petani sawit.

Pendapatan yang mereka peroleh tidak mencukupi untuk mengembangkan dan mengelola perkebunan mereka. Wagimin mengungkapkan bahwa mereka bahkan tidak dapat melakukan pemupukan di kebun sawit mereka karena harga pupuk yang tinggi dan subsidi yang terbatas.

Petani sawit di daerah tersebut berharap adanya bantuan dari pemerintah, terutama dalam hal subsidi pupuk, sehingga mereka dapat mengatasi situasi sulit ini.

Dani, seorang warga berusia 36 tahun dari Kecamatan Jujuhan, juga mengungkapkan kekhawatirannya. Ia menyatakan bahwa harga yang anjlok ini akan mengurangi semangat petani sawit untuk menggarap lahan perkebunannya, terutama dalam melakukan replanting.

BACA JUGA:Jelang Hari Raya Idul Fitri 1444 H, Pemkab Sarolangun Sidak ke Pasar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: