Menyoal Asumsi APBN 2023
Dr. Noviardi Ferzi--
Dari hal ini kita melihat, penerimaan pajak diragukan realisasinya, pemerintah tetap melakukan rencana belanja yang besar.
Padahal, peran APBN perlu dirumuskan dengan sangat hati-hati agar dapat optimal mempercepat pemulihan dan penciptaan lapangan kerja, serta menjadi penyerap risiko (shock absorber) dalam menghadapi tantangan global yang saat ini terjadi.
Dari sisi eksternal, perlu terus diwaspadai. Selain pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya selesai, ada dua tantangan besar lain perlu terus menjadi perhatian dan diantisipasi oleh Pemerintah.
BACA JUGA:Ini Penyebab Pecinta Habib Rizieq Kepung Polisi di Pesantren
BACA JUGA:Jadi Bos, Elon Musk Akan Buat Twitter Lebih Menarik
Yaitu lonjakan inflasi global, terutama akibat konflik Rusia- Ukraina dan percepatan pengetatan kebijakan moneter global, khususnya di Amerika Serikat.
Selain itu, terdapat potensi risiko lainnya yang terus diwaspadai seperti biaya dana (cost of fund) yang tinggi, kenaikan harga komoditas, dan risiko stagflasi yaitu kondisi dimana terjadi inflasi dan perlambatan ekonomi secara bersamaan.
Jika eskalasi risiko global terus berlanjut, perekonomian global dapat menghadapi tiga potensi krisis yaitu krisis pangan.
Dalam catatan saya, ada lima asumsi APBN 2023 yang sudah meleset saat ini.
BACA JUGA:146 Orang Meninggal pada Perayaan Halloween di Korea Selatan
BACA JUGA:Senyerang Kembali Dilanda Abrasi Sungai, Satu Rumah dan Dermaga Ambruk
Pertama, asumsi pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sebesar 5,3%.
Kondisi ekonomi global yang diperkirakan akan suram tahun depan bakal berdampak terhadap ekonomi domestik.
Asumsi dasar APBN perlu disesuaikan dengan kondisi terkini.
Pasalnya, APBN merupakan acuan pemerintah dalam menerapkan kebijakan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: