Bertekad Hapus Stigma Negatif Suku Anak Dalam, Rismawan Terjun Langsung Mengajar Anak-anak SAD, Ini Kisahnya

Bertekad Hapus Stigma Negatif Suku Anak Dalam, Rismawan Terjun Langsung Mengajar Anak-anak SAD, Ini Kisahnya

Rismawan saat mengajar anak-anak Suku Anak Dalam di Jambi. --

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Terik dan panasnya matahari tidak mematahkan semangat Rismawan, yang tulus mengajar anak-anak Suku Anak Dalam (SAD) di tengah kecilnya ruang mengajar yang beratap terpal, dan kayu sebagai tembok. Tantangan ini tidak menjadi soal bagi Rismawan. Baginya, yang penting bertemu dan mengajar anak-anak tersebut. 

Ahmad Rismawan merupakan pria berusia 22 tahun yang menjadi salah satu pengajar di Sekolah Rimbo Pintar. Wawan, begitu sapaan akrabnya, adalah warga asli Kota Jambi, yang lahir dan besar di Kabupaten Sarolangun.

Pada tahun 2016, kelompok SAD Tumenggung meminta kepada Balai Taman Nasional untuk mendirikan sekolah. Selang beberapa waktu setelah musyawarah, berdirilah sekolah di daerah Sungai Kuning. Sayangnya setelah sekolah berdiri, belum punya pengajar. 

“Awalnya sekolah belum punya pengajar, kemudian saya lihat postingan salah satu Kader Konservasi Balai Taman Nasional yang bersedia mengajar anak-anak tersebut, pak Suroto namanya,” jelas Wawan. Sambil tersenyum Wawan menambahkan, mulai dari situ lah hatinya tergerak untuk ikut Suroto mengajar anak-anak SAD.

BACA JUGA:Ini Jenis Barang Yang Tidak Boleh Dibawa Jamaah Haji Indonesia ke Kabin dan Bagasi Pesawat

BACA JUGA:Presiden Sri Lanka Janji Akan Mengundurkan Diri, Ternyata Malah Kabur

Salah satu alasan Wawan tertarik ikut di pemberdayaan SAD, karena adanya pandangan negatif masyarakat tentang beberapa anak-anak SAD. Seperti isu mencuri buah-buahan atau barang yang bukan haknya ketika sedang berjalan di lingkungan masyarakat desa sekitar.

“Dari situ saya bertekad ingin menghapuskan stigma negatif tersebut di masyarakat, dan meyakinkan kepada mereka bahwa anak-anak SAD juga mampu dididik dengan baik," kata Wawan dengan antusias. “Jika dapat membantu SAD lebih baik, mengapa tidak?” tambahnya.

Selama satu tahun bergabung sebagai pengajar, Wawan harus menempuh empat jam perjalanan pulang pergi untuk sampai sekolah. Wawan bahkan sempat mengajar dengan sukarela alias tidak mendapat bayaran sama sekali. 

“Saya mengajar tidak hanya di sekolah Rimbo Pintar saja, tetapi juga di sekolah Rimba Sako Selensing, dan waktu awal pertama juga sempat tidak bayaran selama satu tahun,” kenang Wawan.

BACA JUGA:Catat Nih, Ada Aturan Baru Minyak Goreng Kemasan Rakyat

BACA JUGA:Kapolda Jambi Datangi Rumah Duka Mendiang Brigadir Yosua, Ini yang Disampaikannya

Hal yang tak pernah Wawan sangka, pada tahun 2019 ia direkrut oleh PT SAL dan hingga saat ini sudah berjalan 2 tahun selama ia mengajar.

Ya, memang PT Sari Aditya Loka (SAL) 1 telah bekerjasama dengan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Sarolangun, Jambi untuk memberikan pendidikan khusus bagi SAD. Harapan PT SAL 1 sama dengan Wawan, yaitu membantu Suku Anak Dalam untuk dapat bersosialisasi dan mendapatkan Pendidikan layak seperti anak-anak pada umumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: