DPR RI Pertanyakan Kebijakan Bank Indonesia Yang Pertahankan Suku Bunga Acuan

DPR RI Pertanyakan Kebijakan Bank Indonesia  Yang Pertahankan Suku Bunga Acuan

Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad pertanyakan kebijakan Bank Indonesia yang masih mempertahankan suku bunga. Foto : Antara--

JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Hingga saat ini Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan. Meskipun ditengah kencangnya The Fed menaikkan suku bunga.
 
Terkait hal ini, aggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad mempertanyakan keputusan Bank Indonesia tersebut.
 
Dirinya mengkritik mengapa Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga di tengah tekanan akibat kenaikan suku bunga acuan The Fed.
 
 
 
Kamrussamad mengingatkan perlu secara jernih melihat fundamental tantangan yang tidak ringan yang tengah dihadapi.  
 
"Kami mempertanyakan keputusan Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen,” kata Kamrussamad dalam keterangannya, Minggu 26 Juni 2022.
 
Menurut dia, ada tekanan global dan pengaruh domestik. Oleh karena itu, ujar Kamrussamad, seharusnya BI lebih independen dalam menjalankan mandat penjaga inflasi. 
 
“Keputusan The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5 persen - 1,75 persen, menunjukkan bahwa The Fed sedang sungguh-sungguh menjalankan mandat inflasi dalam negerinya,” ungkap Kamrussamad. 
 
Politikus Partai Gerindra itu mengingatkan jangan sampai karena demi menjaga pertumbuhan kredit perbankan dan tingkat non performing loan (NPL), independensi BI menjadi kabur. 
 
“BI tidak boleh berfungsi sebagai pemegang mandat pertumbuhan. Itu domain otoritas fiskal,” katanya.
 
Kamrussamad mengungkapkan bahwa catatan BI baru-baru ini, kredit perbankan per Mei naik 9,03 persen year on year (yoy). NPL juga terjaga di level tiga persen secara bruto dan 0,83 persen secara netto.  
 
The Fed Mengamuk, Suku Bunga Digenjot 75 Basis Poin, Terbesar Sejak 1994. Lebih lanjut Kamrussamad mengatakan ketidakpastian ekonomi global diprakirakan masih akan tinggi.  Hal itu seiring dengan makin mengemukanya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi global. 
 
 
 
 “Termasuk sebagai akibat dari makin meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan, yang ditempuh oleh berbagai negara,” kata Kamrussamad. (viz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: