AWARDS
b9

Ekspor Jambi Rentan, Masih Ketergantungan Sektor Tambang

Ekspor Jambi Rentan, Masih Ketergantungan Sektor Tambang

Dr Noviardi Ferzi-ist/jambi-independent.co.id-

BACA JUGA:Ini Klasemen Grup J Usai Timnas Indonesia U-23 Bantai Makau 5-0, Wajib Menang Lawan Korsel di Laga Terakhir

Gubernur Jambi, Al Haris, menyebut bahwa porsi DBH kelapa sawit bagi Jambi hanya sekitar 4 persen, dan DBH hasil hutan masih nol persen.

Sementara DBH migas juga fluktuatif: contoh, pada periode 2019–2023, Pemprov Jambi menerima DBH migas berkisar antara Rp90 miliar hingga Rp236 miliar per tahun, jauh dari besaran nilai ekspor yang ditopangnya.

Kondisi ini membuat keuntungan besar dari tambang tak banyak dirasakan masyarakat dan pembangunan daerah.

Dampak negatif ketergantungan tambang tidak hanya terjadi di meja fiskal. Lingkungan dan sosial juga menanggung biaya berat.

BACA JUGA:Diet Anti-Peradangan, Cara Sederhana Tapi Manjur Jaga Kesehatan Jantung

Pembukaan lahan tambang berdampak pada deforestasi, pencemaran sungai, dan menimbulkan konflik lahan antara perusahaan dan masyarakat lokal atau masyarakat adat.

Kajian Hilson dan Potter (2005) menyebut bahwa ketergantungan ekstraktif sering berujung pada degradasi lingkungan dan ketidakstabilan sosial—kenyataan yang juga terjadi di Jambi.

Namun, di tengah kerentanan itu, muncul sinyal optimis dari sektor lain. Ekspor minyak nabati, karet olahan, dan turunannya meningkat, memberi harapan bahwa hilirisasi bisa menjadi motor pertumbuhan baru.

Komoditas pertanian seperti pinang melonjak hampir 23 persen pada Juli 2025, menunjukkan ceruk pasar global yang potensial.

BACA JUGA:Awas! Sindrom Patah Hati Dua Kali Lebih Mematikan Dibanding Populasi Normal

Tambunan (2019) menyatakan bahwa dukungan kelembagaan, infrastruktur, dan akses pasar internasional bisa mempercepat kontribusi ekspor zaman sekarang dari sektor pertanian; hal ini sejalan dengan hasil kajian Susila (2012) tentang hilirisasi kelapa sawit untuk menambah nilai ekspor.

Tantangan sebenarnya bukan sekadar memperbaiki angka ekspor sesaat, melainkan mengubah struktur ekonomi agar lebih seimbang dan tahan guncangan.

Transformasi ekonomi harus fokus pada diversifikasi, memperkuat industri hilir, dan mengoptimalkan pertanian ekspor.

Kebijakan fiskal dan regulasi mesti memberi insentif untuk industri pengolahan dan agribisnis, disertai investasi serius pada infrastruktur logistik dan pelabuhan untuk menekan biaya ekspor.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: