BMKG Sebut Risiko Cuaca Ekstrem di Sumatra Menyusut, Namun Masyarakat Diminta Tetap Siaga

Senin 01-12-2025,08:00 WIB
Reporter : nazila
Editor : nazila

JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa potensi cuaca ekstrem di wilayah Sumatra kini menunjukkan tren penurunan.

Informasi ini disampaikan setelah lembaga tersebut melakukan pemantauan terhadap pergerakan Siklon Tropis Senyar pada Minggu, 30 November 2025.

Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa siklon yang berada di kawasan Laut China Selatan tersebut terus bergerak menjauhi wilayah Indonesia.

BACA JUGA:Banjir Bandang, Tanggung Jawab Negara, dan Jalan Class Action bagi Warga

Dalam pernyataannya, BMKG menjelaskan, "Berdasarkan hasil observasi pergerakan Ex-Siklon Tropis Senyar yang berada di Laut China Selatan dan terus menjauhi wilayah Indonesia, potensi cuaca ekstrem semakin berkurang."

Meskipun demikian, BMKG tetap mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah. Wilayah yang terdampak, terutama Sumatra Barat, masih berpotensi mengalami hujan dalam sepekan ke depan.

BMKG menegaskan bahwa beberapa faktor atmosfer masih aktif dan berpengaruh terhadap pembentukan cuaca di wilayah Sumatra. Suplai uap air yang tinggi, suhu muka laut hangat di bagian barat Sumatra, serta pola angin yang membentuk daerah konvergensi menjadi penyebab utama pembentukan awan-awan hujan tetap terjadi.

BACA JUGA:Kemenhut Telusuri Kayu Terbawa Banjir Sumatera, Indikasi Illegal Logging Diusut

Selain itu, kondisi atmosfer seperti Indeks Dipole Mode (IOD), Sea Surface Temperature (SST), dan pola belokan angin turut memberi kontribusi terhadap peningkatan potensi hujan.

Dalam keterangan resminya, BMKG menyatakan, "Mempertimbangkan bahwa wilayah Sumatra Barat pada November dan Desember masih berada dalam puncak musim hujan, serta dinamika atmosfer yang masih aktif mensuplai uap air, potensi pertumbuhan awan hujan masih dapat terjadi dalam sepekan ke depan".

Hal ini menunjukkan bahwa meski risiko cuaca ekstrem menurun, kewaspadaan tetap sangat diperlukan.

Selain peringatan terkait cuaca, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk memperhatikan lingkungan sekitar, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan bencana.

BACA JUGA:Silaiang Bawah Dilanda Longsor Lagi, Satu Prajurit TNI AD Meninggal dan Dua Lainnya Hilang

Wilayah bantaran sungai, lereng bukit, hingga lokasi yang memiliki riwayat banjir, longsor, atau galodo disebut sebagai kawasan yang harus mendapat perhatian ekstra.

Pemantauan kondisi tanah, aliran air, serta potensi pergerakan tanah perlu dilakukan sebagai bentuk mitigasi dini.

Kategori :