JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Pemerintah China pada Minggu 16 November 2025 mengimbau warganya agar meninjau kembali rencana menempuh pendidikan di Jepang.
Seruan itu disampaikan sebagai respons atas meningkatnya ketegangan diplomatik kedua negara setelah pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, yang menyinggung kemungkinan keterlibatan Tokyo dalam krisis Taiwan.
Beijing menilai pernyataan Takaichi dalam sidang parlemen pada 7 November tersebut mengindikasikan potensi intervensi militer Jepang di wilayah yang diklaim China sebagai bagian negaranya.
Imbauan terbaru ini bukan langkah tunggal. Sebelumnya, otoritas China juga telah menyarankan warganya untuk menghindari perjalanan ke Jepang, sebagaimana diberitakan Japan Today.
Menurut pemerintah China, kondisi keamanan publik di Jepang disebut memburuk dalam beberapa bulan terakhir, meskipun tidak disertai data pendukung.
Beijing menambahkan bahwa insiden kriminal yang menyasar warga China konon mengalami peningkatan, sehingga mengurangi rasa aman komunitas mereka di Jepang.
Kementerian Pendidikan China turut mengingatkan mahasiswa maupun calon mahasiswa agar terus memantau situasi keamanan dan meningkatkan kewaspadaan pribadi.
Berdasarkan data Japan Student Services Organization (JASSO) per Mei 2024, terdapat 123.485 mahasiswa China yang sedang belajar di berbagai institusi pendidikan di Jepang, termasuk sekolah bahasa.
BACA JUGA:Polisi Diminta Berani Usut Dugaan Keterlibatan Budi Arie dalam Kasus Judi Online
Tak hanya Beijing, pemerintah Hong Kong pada Sabtu 15 November 2025 juga mengeluarkan peringatan perjalanan dengan alasan meningkatnya insiden penyerangan terhadap warga China di Jepang sejak pertengahan 2025.
Pemerintah Hong Kong meminta warganya yang berada di Jepang atau berencana bepergian ke sana untuk berhati-hati dan mengikuti imbauan resmi.
Pemerintah Makau pun turut mengeluarkan peringatan serupa. Data Badan Pariwisata Jepang menunjukkan sebanyak 2,68 juta wisatawan Hong Kong berkunjung ke Jepang sepanjang 2024, menempatkannya di posisi kelima asal wisatawan terbanyak.
Ekonom eksekutif Nomura Research Institute, Takahide Kiuchi, memperkirakan peringatan perjalanan dari China dapat menimbulkan kerugian ekonomi hingga 2,2 triliun yen bagi Jepang, terutama karena potensi turunnya jumlah wisatawan dan mahasiswa.
BACA JUGA:Prabowo Tegaskan Kesiapan Mengirim 20.000 Personel Perdamaian ke Gaza