Ini dapat memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi antara mereka yang mampu memanfaatkan infrastruktur dan mereka yang terpinggirkan olehnya.
Intinya, pembangunan jalan tol, tanpa disertai kebijakan mitigasi dan pemerataan yang kuat, dapat menciptakan paradoks: memajukan satu wilayah, tetapi secara tidak sengaja meningkatkan kerentanan dan kemiskinan di wilayah lain yang dilaluinya.
Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan jalan tol tidak selalu membawa dampak positif instan dan merata, terutama bagi daerah yang kurang siap menghadapi dinamika ekonomi baru.
Jika Jambi tidak sigap merespons, provinsi ini berisiko kalah saing dengan Palembang dalam menarik investasi, tenaga kerja, dan perputaran uang.
BACA JUGA:Stop Mager! Penelitian Buktikan Duduk Terlalu Lama Bisa Mempercepat Kematian
Dalam konteks Jambi-Palembang, Palembang yang lebih besar dan maju secara ekonomi berpotensi menjadi magnet kuat setelah jalan tol beroperasi.
Akses dan waktu tempuh yang lebih singkat dapat mendorong migrasi konsumsi, masyarakat Jambi terutama yang berlokasi strategis dekat tol, akan lebih sering berbelanja atau mencari layanan di Palembang.
Ini karena pilihan yang lebih beragam dan harga yang kompetitif, yang dapat mengakibatkan perputaran uang beralih dari Jambi.
Selain itu, ada potensi pergeseran investasi, di mana investor, baik lokal maupun asing, melihat Palembang lebih menarik karena infrastruktur pendukung yang lebih lengkap, ketersediaan tenaga kerja terampil, dan pasar yang lebih besar, sehingga mengalihkan potensi investasi dari Jambi.
Tak hanya itu, kemudahan akses juga berpotensi memicu arus keluar talenta (brain drain), di mana talenta terbaik Jambi cenderung mencari peluang kerja dan karier yang lebih menjanjikan di Palembang.
Meskipun jalan tol secara umum bertujuan meningkatkan konektivitas dan efisiensi logistik, potensi arus modal keluar ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah Jambi.
Jika tidak diantisipasi secara komprehensif, jalan tol ini justru berisiko menjadi saluran yang mempercepat aliran sumber daya dan potensi ekonomi keluar dari Jambi, alih-alih menjadi urat nadi perekonomiannya.
Untuk memahami lebih dalam dinamika arus modal keluar ini, penting untuk menganalisis kekuatan ekonomi serta potensi sektor barang dan jasa kedua provinsi.
BACA JUGA:Dewa United Amankan Posisi Ketiga Piala Presiden 2025 Usai Tumbangkan Liga Indonesia All-Stars 2-0
Palembang, sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, memiliki struktur ekonomi yang lebih beragam dan didominasi oleh sektor jasa serta industri pengolahan.