Masuk SD Tak Cukup Soal Umur! Ini Kesiapan Anak yang Sering Diabaikan Orang Tua

Minggu 22-06-2025,10:01 WIB
Reporter : Edo Adri
Editor : Edo Adri

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID  - Psikolog anak dan remaja Michelle Brigitta Shanny, M.Psi., yang merupakan lulusan Universitas Padjajaran, menekankan bahwa selain mempertimbangkan usia, orang tua juga perlu memperhatikan berbagai aspek lain dalam mempersiapkan anak memasuki dunia sekolah formal.

Dikutip dari ANTARA, Michelle menjelaskan bahwa membiasakan anak dengan rutinitas harian yang konsisten sejak pagi hingga sore merupakan langkah penting. Orang tua perlu melatih anak agar mampu mengurus dirinya sendiri sebelum resmi masuk ke lingkungan pendidikan.

"Apalagi kalau anak sudah mulai duduk di bangku Sekolah Dasar, di mana perhatian guru tidak lagi terpusat pada satu anak saja, melainkan terbagi untuk seluruh siswa dalam kelas," ujarnya.

Menurut Michelle, anak yang memasuki usia sekolah dasar idealnya sudah memiliki kemandirian dasar. Ini mencakup kemampuan makan sendiri, berani meminta izin ke guru saat ingin ke toilet, memakai sepatu tanpa bantuan, serta merapikan perlengkapan sekolah seperti tas dan alat tulis.

BACA JUGA:Viral Warga Gunakan Daun Teratai sebagai Masker Alami Pelindung Matahari, Warganet Terkesima

BACA JUGA:UMKM Rempah Lokal Makin Mendunia, Labuna Bukukan Prestasi Bersama BRI

Psikolog yang kini praktik di Vajra Gandaria itu juga menyoroti pentingnya kemampuan sosial anak. Ia menilai orang tua perlu mencermati apakah sang anak mampu berinteraksi dengan teman sebayanya, bisa menunggu giliran bermain, serta memahami cara menyelesaikan konflik kecil saat bermain bersama.

"Hubungan anak dengan gurunya juga perlu diperhatikan. Anak harus belajar bagaimana cara meminta bantuan dengan sopan dan bagaimana menyapa teman-temannya. Ini bagian dari kecerdasan sosial yang harus dibangun sejak dini," ungkap Michelle.

Tak hanya itu, aspek emosional juga menjadi bagian krusial dalam kesiapan sekolah. Orang tua disarankan mengamati bagaimana anak merespons situasi yang tidak menyenangkan. Misalnya, apakah ia cenderung menangis berlebihan, marah secara impulsif, atau bahkan bersikap agresif terhadap teman.

"Anak idealnya sudah mulai bisa menyampaikan emosi dan kebutuhannya lewat kata-kata, bukan dengan perilaku agresif. Ia juga sebaiknya tahu kapan dan bagaimana meminta bantuan kepada orang dewasa saat menghadapi masalah," jelasnya.

BACA JUGA:Tangis Haru Warnai Pelepasan Siswa Darul Amal, Wabup Muaro Jambi Beri Pesan Menyentuh

BACA JUGA:Terungkap! Kaesang Buka-bukaan Soal Jokowi Maju Sebagai Calon Ketum PSI

Michelle menambahkan, keterampilan sosial juga mencakup kemampuan memahami instruksi (reseptif) dan menyampaikan kebutuhan secara jelas (ekspresif). Kedua kemampuan ini sangat penting agar anak bisa berkomunikasi efektif dengan guru maupun teman sehari-hari.

“Kalau anak sudah memiliki kemampuan reseptif dan ekspresif yang baik, dia akan lebih mudah terlibat dalam percakapan dua arah, tahu kapan harus mendengarkan, dan bisa meminta bantuan secara verbal dengan cara yang tepat,” tutupnya.

Kategori :