Dalam foto-foto tersebut, terlihat beberapa pria yang sedang memegang atau melempar benda keras diduga batu ke arah Kantor Gubernur Jambi.
BACA JUGA:10 Tips Wajah Glowing untuk Pria, Auto jadi Pusat Perhatian
BACA JUGA:Wakil Gubernur Jambi Abdullah Sani Beri Tausiah di Tanjab Barat, Sampaikan Manfaat Sholawat Nabi
Andri mengakui menjadikan video atau foto yang beredar di Media Sosial untuk mempermudah proses penyelidikan. Dokumentasi media sosial dijadikan sarana untuk melakukan profilling terhadap terduga pelaku pengerusakan.
“Kemudian juga bukti-bukti CCTV serta dokumentasi dari Media Sosial yang juga kita butuhkan untuk memprofil orang-orang yang diduga melakukan pengerusakan,” jelasnya.
Sebelumnya, tim penyidik Polda Jambi telah memeriksa tujuh saksi dari pihak pemerintah Provinsi Jambi dalam kasus pengrusakan kantor Gubernur.
Proses penyidikan juga melibatkan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan pengumpulan sejumlah barang bukti untuk mendukung kelancaran penyelidikan.
BACA JUGA:Pinjaman KUR BRI Rp 25 Juta Cicilan Hanya Rp 500 Ribuan, Cek Syaratnya Disini
BACA JUGA:10 Tips Mencegah Batuk Pilek pada Anak di Musim Hujan
Kepala Biro Umum Setda Provinsi Jambi, Muzakir, menyebutkan bahwa kerugian akibat demo anarkis sopir batu bara mencapai Rp 500 juta. Saat ini, Pemprov Jambi menunggu tindak lanjut dari laporan tersebut.
"Kita sudah melapor dan kita tinggal menunggu saja. Saya juga sudah diminta Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terkait kejadian ini," ujar Muzakir.
Dalam tanggapan terhadap kerusakan yang terjadi pada aset pemerintah, terutama gedung dan ruang kantor Gubernur Jambi, Muzakir menegaskan bahwa dirinya bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini.
"Ruang kerja pak gubernur, pak wakil gubernur, dan pak sekda rusak. Saya sudah melapor. Kebetulan lagi di luar kota," tambahnya.
BACA JUGA:Cek Pinjaman Rp 50 Juta di KUR Mandiri 2024 Cicilan Hanya Rp 900 Ribuan
BACA JUGA:Selamat! Baru Menikah 7 Bulan, Denny Caknan dan Bella Bonita Dikarunia Anak Perempuan
Aksi demo yang berujung ricuh terjadi pada 22 Januari 2024, ketika massa melempari kantor gubernur dengan batu. Sejumlah fasilitas kantor, termasuk kaca dan lampu, mengalami kerusakan.