Sisa Kopi Tak Boleh Dibuang ke Selokan, Ini Alasan dan Risikonya
Ilustrasi kopi -freefik-
JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Kebiasaan membuang sisa kopi ke wastafel atau selokan setelah menikmati secangkir kopi pagi tampaknya masih sering dilakukan banyak orang. Padahal, tindakan yang tampak sepele ini bisa membawa dampak besar bagi lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya.
Kasus yang terjadi di Inggris baru-baru ini menjadi sorotan publik. Seorang perempuan dilaporkan sempat dikenai denda karena menuangkan sisa kopi ke drainase umum.
Meski sanksi itu akhirnya dibatalkan, kejadian tersebut memicu diskusi luas tentang bagaimana limbah kopi dapat mencemari lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem air.
BACA JUGA:Onadio Leonardo Ditangkap Polisi karena Dugaan Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Metro Jaya
Konsumsi kopi di Inggris mencapai sekitar 98 juta cangkir per hari, sementara di seluruh dunia jumlahnya diperkirakan mencapai lebih dari 2 miliar cangkir setiap harinya.
Ketika sisa kopi atau ampasnya dibuang sembarangan, kandungan kimia di dalamnya bisa mengalir ke sistem pembuangan air, lalu berakhir di sungai hingga laut.
Sisa kopi diketahui mengandung berbagai senyawa kimia, seperti kafein, gula, dan susu. Dari ketiganya, kafein menjadi komponen paling berbahaya bagi lingkungan karena sulit terurai dan dapat bertahan lama di air.
Sebuah penelitian terhadap 258 sungai di 104 negara bahkan menemukan adanya kandungan kafein di lebih dari separuh lokasi sampel, termasuk di wilayah terpencil seperti Antartika.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kafein mampu memengaruhi metabolisme, pertumbuhan, dan mobilitas organisme air seperti alga, tumbuhan air, serta larva serangga, yang dalam jangka panjang bisa menyebabkan kematian spesies tersebut.
BACA JUGA:Basreng Lokal Ditarik karena Kandungan Pengawet Melebihi Batas Aman
Dalam kadar rendah sekalipun, kafein dapat mengganggu keseimbangan oksigen di air dan memicu pertumbuhan alga berlebihan (algal bloom), yang mengancam ekosistem air.
Selain itu, ampas kopi yang ikut terbawa ke saluran pembuangan juga berdampak buruk. Saat terurai, ampas ini menurunkan pH air dan menyerap oksigen terlarut, membuat ikan serta tanaman air kesulitan bertahan hidup.
Para ilmuwan menyarankan agar masyarakat tidak membuang kopi atau cairan berbasis makanan ke saluran air.
Sisa kopi sebaiknya dibuang ke tempat sampah organik atau pusat pengolahan limbah. Cairan kopi yang masih tersisa bisa dimanfaatkan sebagai pupuk alami jika diencerkan terlebih dahulu, sementara ampasnya dapat digunakan untuk kompos atau pengayaan tanah, dengan catatan tidak berlebihan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



