Kecelakaan Tambang Bawah Tanah, Freeport Klaim Asuransi Senilai Rp16 Triliun
Evakuasi longsor PT Freeport-PT Freeport/jambi-independent.co.id-
JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Freeport-McMoRan (FCX), perusahaan tambang asal Amerika Serikat yang memiliki hampir 49% saham di PT Freeport Indonesia, mengumumkan rencana mengajukan klaim asuransi sebesar US$1 miliar atau setara Rp16,74 triliun.
Klaim tersebut diajukan menyusul insiden longsor besar di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Tembagapura, Papua Tengah, pada Senin, 8 September 2025.
Pasca longsor, PT Freeport Indonesia (PTFI) langsung menghentikan sementara aktivitas pertambangan bawah tanah dan mengalihkan fokus sepenuhnya pada operasi penyelamatan tujuh pekerja kontraktor yang terjebak.
BACA JUGA:Harga Emas Antam Naik Rp 4.000, Cetak Rekor Tertinggi Rp 2,175 Juta per Gram
Dua dari pekerja yang hilang berhasil ditemukan pada 20 September 2025, namun dalam keadaan meninggal dunia.
Hingga kini, perusahaan masih melakukan evakuasi serta evaluasi dampak kecelakaan tersebut terhadap rencana produksi jangka panjang.
Freeport menegaskan bahwa klaim asuransi akan diajukan melalui polis properti dan gangguan bisnis yang dimiliki perusahaan.
BACA JUGA:Calvin Verdonk Bawa Lille Menang, Dean James Harus Gigit Jari di Liga Europa
Polis tersebut menanggung kerugian hingga US$1 miliar, dengan batas klaim maksimal US$700 juta khusus untuk insiden di tambang bawah tanah, setelah dikurangi biaya deductible sebesar US$0,5 miliar.
Selain itu, sejumlah proyek di Grasberg juga akan ditinjau kembali guna memastikan pemulihan produksi berjalan dengan optimal.
Dampak insiden ini tak hanya dirasakan oleh Freeport, melainkan juga pasar global. Goldman Sachs, lembaga keuangan internasional, memangkas proyeksi pasokan tembaga dunia untuk 2025 dan 2026 akibat gangguan di tambang Grasberg.
Mereka memperkirakan kehilangan pasokan mencapai sekitar 525.000 ton. Revisi terbaru menunjukkan pasokan global turun 160.000 ton pada paruh kedua 2025 serta 200.000 ton pada 2026.
Produksi Grasberg sendiri diprediksi anjlok cukup signifikan. Untuk 2025, produksi diperkirakan menyusut sekitar 250.000–260.000 ton, sedangkan pada 2026 berkurang hingga 270.000 ton.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



