Ada Ramalan Tak Sedap soal Perekonomian 2022, Tetap Waspada!

Ada Ramalan Tak Sedap soal Perekonomian 2022, Tetap Waspada!

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Ekonom menilai pandemi Covid-19 yang masih berlangsung pada 2022 dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional.

Pasalnya, kondisi perekonomi 2022 masih diselimuti ketidakpastian akibat munculnya varian virus baru.

"Apakah masih jadi ganjalan? Jawabannya adalah, ya. Kita sudah selesai dengan varian delta, muncul varian baru lagi," kata Pengamat ekonomi yang juga Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, di Jakarta, Jumat (7/1).

Menurutnya, kemunculan varian Omicron dan masuknya ke Indonesia akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi nasional.

Bahkan, kata Bhima, sekalipun kasus Omicron di Indonesia cukup terkendali, tetapi di luar negeri seperti Eropa dan Amerika Serikat yang masih tinggi akan tetap berdampak pada Indonesia.

Dia menyebut tingginya kasus Omicron di negara lain akan berpengaruh pada sistem logistik.

"Tetapi harus waspada kalau ekspor ke Amerika, Eropa, atau negara dengan tingkat kasus Omicron cukup tinggi akan berpengaruh pada pembatasan sosial dan logistik. Jadi, untuk ekspor permintaan ada, tapi barangnya sampai tiga bulan ke depan," katanya.

Selain itu, Bhima juga menilai bahwa kualitas pertumbuhan ekonomi saat ini melemah.

"Isunya bukan lagi seberapa cepat ekonomi Indonesia pulih, tapi lebih fundamental lagi. Ternyata pascapandemi ketimpangan semakin lebar, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin," katanya.

Hal itu, kata dia, disebabkan oleh dampak digitalisasi di mana masyarakat ekonomi atas bisa mengakses berbagai hal secara daring, sementara masyarakat miskin yang pekerjaannya tidak bisa dilakukan melalui jarak jauh atau Work From Home (WFH) terbebani dengan kondisi pandemi.

Riset dari Bank Dunia menunjukkan bahwa 24 persen rumah tangga ekonomi atas menikmati digitalisasi untuk meningkatkan pendapatannya selama pandemi.

"Masyarakat kalangan paling bawah atau miskin hanya satu persen yang pendapatannya naik karena digitalisasi," tegas Bhima.(jpnn.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: